Sabtu, 01 Februari 2014

Out of The Box

Kali ini aku mau ngepost tentang sahabat-sahabatku di Yogyakarta. Walaupun baru kenal beberapa bulan, aku telah menganggap mereka seperti keluargaku sendiri (ga tau ya kalau mereka nganggep aku keluarga mereka atau ngga). Mereka adalah Yopi Irianto Panut, Muh. Sandy Kusmartopo, Muhammad Afkar Abdillah, Satriya Ade Nugroho, Gilang September Purnama, Nur Ade Irawan, Rumaisha Qoidatus Syahidah, Fatimah Mutiara Siregar, Intan Efendi, Tiara Eliza, Evelina Nur Fitri, Salmiatun Budi Utami, Wahyunanda Kusuma Pertiwi, dll. Dan bukan berarti yang tidak tertulis disini bukan keluargaku ya. Kalian semua keluargaku HIHcorps!!!! Muah

Yang pertama yang akan aku bahas disini adalah Yopi Irianto Panut. Dia putra Papua. Dia bercita-cita ingin jadi pilot. Kita doakan semoga bisa jadi pilot ya guys! (biar bisa terbang gratis, gitu). Dulu aku kenal dia waktu kita lagi duduk bareng di koperasi mahasiswa sebaris dengan kantor BEM Fisipol UMY. Hari itu pas hari Jum'at (kalau hari jum'at emang kenapa?gatau juga sih) jam 9an pokoknya kelar Kajian Al-Islam deh. Nah aku yang waktu itu belum punya teman ikut-ikutan rombongan aja yakan disana yang aku ingat ada Galih, Latif, sama Yopi ini. Aku duduk di sebelahnya Yopi, kananku ada Latif dan di samping kirinya Yopi ada Galih. Aku diem aja waktu itu, pengen kenalan tapi masih malu dulu.hahaa jadi aku main hape aja terus sambil merhatiin Galih yang lagi ngobrol sama temennya di seberang jalan. Tiba-tiba Yopi ngajak kenalan duluan.hahaa pucuk dicinta ulam pun tiba (apaloh).

"Ayok kenalan dulu. Namamu siapa?"
"Aku Bryan. Kamu?"
"Saya Yopi. Kamu dari daerah mana?"
"Aku dari Purwokerto. Kalau kamu?"
"Saya dari Kebumen, tetapi sudah lama tinggal di Papua."
"Wah jauh ya.."

Obrolan itu berlanjut sampai dengan pertanyaan-pertanyaan lumrah sebagaimana mahasiswa baru bertemu dengan mahasiswa baru lainnya. Setelah obrolan itu kami bangkit, lalu duduk di 'teras' Kopma sambil makan (iya makan, laper men) nasi goreng bungkus 3000an. Aku lupa galih dan latif pergi kemana pokoknya tinggal aku dan Yopi yang ada disitu. tiba-tiba datang seseorang yak wajahnya asing (tapi bukan bule yah. jauh.) tapi sepertinya pernah aku lihat di kelas KAI tadi.

"Weh sob lagi makan nih! Gitu ye ga ajak-ajak!" dia sok kenal.
"Eh iya mas ini. Mau?" jawabku sekenanya.

Dia ambil posisi di kursi yang kosong. Dia banyak sekali cerita. Mulai dari dia kenapa punya badan bagus sampai pada pembicaraan yang menjurus pada keblangsatan.

"Kalau kalian tidak berani mengambil resiko di masa muda, kalian akan menyesal dikala tua. Ayo lah coba itu yang namanya bir, perempuan, sabu, dan semacamnya. Kebanyakan orang menganggap masa muda mereka adalah masa keemasan, jadi pas hari tua mereka menjadi orang yang baru ingin coba-coba. Padahal bla bla bla bla bla......."

Aku dan Yopi hanya tersenyum seadanya sambil sesekali mengiyakan. Takut dikira tidak menghargai yang lebih tua. Asal tau saja dia sudah semester banyak dan punya banyak pengalaman --yang menurutku tidak patut kita coba-- yang katanya mengasikkan. Aku sejenak kagum dengannya. Kagum kenapa? Karena dia berani mengambil resiko yang bukan tidak mungkin akan membawanya ke hotel teralis besi. Masih banyak obrolan kami lainnya sama dia, tapi waktupun bergulir mendekati jam 12.00 waktunya Sholat Jum'at sehingga kami izin duluan untuk Sholat Jumat (bukan sih, karena aku lupa aja waktu itu ngomongin apa aja sama dia yang aku ingat cuma itu.haha)

"Yop, ke Masjid yuk." ajakku pada teman baruku itu.
"Mari. Kita lewat mana?" jawabnya.
"Lewat sana saja, Masjidnya disana." sambil menunjuk arah Masjid.

Dijalan menuju Masjid terjadi obrolan kecil yang membuat dadaku entah mengapa menjadi seperti kosong, karena seperti seonggok batu yang pecah. Seperti tekanan yang selama ini menekan, seperti hilang. Padahal obrolannya sangat kecil sekali.

"Yop, pertanyaanmu di kelas KAI tadi hebat. Berbobot sekali."
"Ah, tidak. Saya hanya menyampaikan apa yang mengganjal di pikiran saya saja. Tidak lebih."
"Kamu di Papua pasti jadi siswa paling kritis ya, Yop?"
"Ah tidak juga, Bryan. Asal kamu tahu saja, semasa di SMA saya sangat malu untuk bertanya. Sangat tidak ingin untuk kelihatan menonjol diantara yang lainnya."
"Tetapi tadi kamu seperti orang yang sudah expert bertanya di hadapan orang banyak, Yop."
"Tidak, Bryan. Sebenarnya aku orang yang pemalu. Karena saya berasal dari rumpun ilmu alam, saya menjadi individu yang hanya berkutat pada rumus dan laboratorium. Saya hanya mencoba untuk lepas dari itu semua, dan mulai memberanikan diri untuk berbicara didepan umum."
"Wah kamu hebat, Yop. Aku saja yang aslinya dari rumpun ilmu sosial, masih kikuk untuk bertanya di depan umum. Sebenarnya tadi aku juga mau bertanya, Yop. Sudah diujung lidah rasanya. Tetapi aku dikalahkan rasa maluku yang jika nanti aku bertanya, pasti seluruh mata tertuju padaku."
"Kalau begitu terus, kapan kamu akan 'melangkah', Bryan. Ayolah Bryan, out of the box! Rasa malu tak akan membuatmu sukses. Ayo bangkit. Kalahkan rasa malumu!"
Yopi yang kanan :p
Seketika sekujur tubuhku merinding (plis jangan membayangkan seluruh buluku berdiri) karena ucapan Yopi itu. Sejak itu aku berkata (noted!bukan berjanji) pada diriku sendiri bahwa mulai detik ini aku harus kalahkan rasa maluku demi tercapainya kesuksesanku! Saat itu aku menganggap Yopi adalah seorang motivator ulung dari Papua nun jauh disana. "Ah besok-besok minta bikinin kata-kata motivasi ah buat nyemangatin doi biar doi makin lengket sama aku." kataku dalam hati, licik.

Dari sanalah aku mulai dekat dan akrab dengan Yopi ini. Salah satu sahabatku sekarang. Sahabat yang baik. Pernah juga ketika aku sedang dilema memilih Komahi atau Umakku, dia memberiku support yang kuat dan mendukung keputusanku. (ceritanya ada disini). Terlalu banyak kisah tentang dirinya yang akan menginspirasi kalian yang kurasa akan terlalu panjang jika dibahas hanya dalam satu postingan. So, tunggu cerita di postingan selanjutnya ya, Guys. Thanks for reading :)

2 komentar:

  1. geli, pake banget. sumpaahh...
    hahahaaa...

    kayak baca teenleet, di mana seorang remaja akhirnya jatuh cinta kepada remaja lain yang ternyata remaja itu tidak mencintai. lalu suatu ketika remaja itu tau yang sebenarnya, dan semua rasa yang tak pernah ada sekarang hadir. tapi semua terlambat karena remaja yang dulu mencintainya sekarang sudah bersama orang lain dan akhirnya mereka harus berpisah. tak bisa bersatu....

    aaaakkk...
    :3

    BalasHapus

Created By Sora Templates