One Day trip to Borobudur, Indonesia

Hari Kamis, 29 Mei 2014 saya dan teman-teman berkunjung ke salah satu situs warisan dunia : Candi Borobudur. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 45 menit dari Kota Yogyakarta. Kami waktu itu berangkat jam 9.25 am dan sampai sana sekitar jam 10.10 am dan saat itu matahari sedang terik-teriknya. Setelah kami parkir motor dengan membayar biaya parkir sebesar Rp 2,- kami langsung menuju loket tiket. Eiittss jangan dikira tempat parkirnya dekat sama loket jual tiket, kita harus jalan dulu sekitar 500 m untuk menuju loket tiket itu. Sejauh 500 m itu kamu akan ditawari macam-macam, mulai dari kacamata dan topi (karena memang kalau siang hari, Borobudur sangat amat panas), baju, sepatu, kaos, dll karena disepanjang jalan itu ada toko-toko souvenir khas Borobudur. Saat itu aku tergiur untuk membeli kacamata karena saat itu memang sangat silau.

TIPS!!! Kalau mau beli apa-apa disekitar Borobudur ini tawar harganya sejatuh-jatuhnya. Karena memang pedagang disini sangat meninggikan harga. Kalau kita tidak pintar menawar kita akan rugi. Contohnya saya. Kacamata yang saya beli ditawarkan dengan harga Rp.65,- tetapi setelah saya tawar bisa dapat harga Rp.20,- saja!

Setelah melewati jalanan-panjang-penuh-jualan itu sampailah kami ke loket tiket. HTM Borobudur saat itu adalah Rp.35,- untuk domestik, kalau untuk asing kurang tahu.hahaha saya tidak lihat. Kalian tahu apa?? Setelah masuk pertama kali ke Borobudur kami ngapain? Ke toilet!!! Nyetor! ahhahaha :p setelah lega abis nyetor saya dan teman-teman langsung menuju ke Candi yang pertama kali saya kunjungi itu. Sangat kagum dengan kemegahannya. Betapa orang jaman dulu sangat kuat dan sangat cerdas bisa membangun bangunan semegah, seindah, secerdas itu. Sekarang saja saya rasa belum ada yang bisa membangun bangunan seperti itu. Sebagai anak muda yang gaul, kami tidak lupa untuk foto-foto:

Reliefnya tuh liat. KEREN!

Satriya, Saya, Tiara

Setiap wisatawan yang ingin naik ke Borobudur ini harus mengenakan sarung batik berwarna biru dongker untuk dililitkan di pinggang. Hal ini mungkin untuk menghormati bangunan itu. Bangunan itu merupakan bangunan suci dan/atau tempat ibadah bagi umat Budha yang ada di Indonesia, kalau tidak salah itu adalah bangunan candi Budha terbesar di Dunia. Karena merupakan bangunan suci, maka setiap orang yang masuk harus menjaga kesopanan dan tingkah lakunya.

Tiara Eliza

Intan Efendi

Satriya Ade Nugroho

Setelah puas berkeliling dan berfoto-foto tentu saja, kami putuskan untuk pulang karena saat itu kami juga sangat amat haus dan lapar. Sebelum pergi kami belum sempat untuk sarapan.hehehe Saat jalan keluar Borobudur juga kamu akan menemui pedagang-pedagang sekitar yang menjajakkan berbagai macam dagangan. Mulai dari minuman, gantungan kunci, baju, sampai pada patung-patung yang menggambarkan Borobudur. Dan saya menyesal tidak membeli buah tangan apapun dari Borobudur itu, padahal harganya hanya Rp.3,- untuk satu bungkus gantungan kunci yang berisi sekitar 5-10 buah. Menyesal sekali. Padahal kan kalu beli bisa buat oleh-oleh keluarga di Belitung. huhuhu

Ketika saya melihat beberapa tempat pariwisata di Yogyakarta dan Borobudur ini saya berpikir, bagaimana kalau Belitung dibuat seperti ini juga. Contohnya di Borobudur ini. Pas jalan ingin keluar Kompleks Candi kita akan berjalan melewati ratusan pedagang yang tersusun rapi mengikuti pola S, sehingga mau tidak mau kita harus melewati jajaran pedagang ini untuk keluar kompleks candi. Hal ini akan membuat setiap wisatawan sedikit banyak tergiur untuk membeli dan otomatis jika banyak yang membeli akan mengangkat perekonomian pedagang tersebut. Hal yang sama juga saya temui di Tanah Lot dan Pantai Dreamland Bali. Tapi di Belitung belum saya temui seperti itu. Kalau di Belitung, pusat oleh-oleh terpusat, jadi, tidak banyak tersedia di setiap tempat wisata.

Sekitar jam 1.30 pm kami keluar candi kami menuju ke tempat parkir motor kami. Kami berunding mau makan dimana dan akhirnya kami putuskan untuk makan di Ayam penyet Suroboyo yang memang saya sudah lama tidak makan disana.hahaha Enak sih jadi kangen. Setelah kenyang mengisi perut, kami tidak langsung pulang. Kami main dulu ke Alun-Alun Sleman, Yogyakarta. Sebenarnya saya sudah mengincar tempat ini dari tadi pas perjalanan pergi karena memang tempatnya sejuk dan enak untuk kongkow-kongkow sore. Dari tepi jalan kelihatannya sepi banget tempat ini, ternyata setelah masuk ramai sekali anak-anak muda Sleman yang menghabiskan sore disini. Begitu asrinya pepohonan Alun-Alun ini dari tepi jalan sehingga bisa menutupi keramaian yang ada didalamnya. Setelah melepas lelah disana sekitar jam 5.10 pm, kami langsung pulang ke kos masing-masing.