Kamis, 30 Oktober 2014

Nikmatnya Hidup, Kita yang Tentukan

Akhir-akhir ini aku sungguh bertemu dengan orang-orang hebat. Orang-orang yang tangguh, kuat, tegar, semangat menjalani kehidupannya; pahit maupun manis. Mereka orang-orang yang umurnya sebaya denganku. Tapi mereka telah "hidup". Hidup yang sebenar-benarnya hidup. Bukan hidup tinggal menodong harta orang tua. Tapi hidup dengan kebanting-tulangan.

Mereka tahu betapa hidup itu sangat berharga. Mereka membanting tulang, memeras keringat demi menghidupi diri mereka, dan keluarga mereka. Mereka rela berkorban demi apapun. Bahkan mereka rela mengorbankan waktu dan uang kuliahnya untuk membiayai hidup keluarganya. Sungguh itu sangat jarang ditemui pada anak muda jaman sekarang; termasuk aku. Aku malu. Malu pada mereka yang seumuran denganku sudah menghasilkan omset ratusan ribu hingga jutaan rupiah per bulan.

Mereka melakukan itu semua bukan karena keinginan mereka. Tapi keadaan yang memaksa mereka berbuat seperti itu. Memang, hidup itu kadang jahat bagi orang yang bekerja keras. Tapi dengan kerasnya hidup mereka mengetahui apa sebenarnya makna hidup itu. Daripada mereka yang hidupnya baik tetapi mereka tidak mengetahui arti hidup itu sendiri.

Sungguh aku terkesan dengan orang-orang seperti mereka. Belum tentu, atau bahkan aku tak akan bisa seperti mereka. Seumuran sekarang yang ada dalam pikiranku hanyalah bermain dengan teman-teman, kuliah, menghabiskan uang jatah bulanan. Boro-boro aku inisiatif untuk membuat sesuatu yang mempunyai nilai jual. Aku selalu meminta, meminta, meminta pada orang tua. Aku belum pernah, bahkan sekali pun tak pernah membahagiakan mereka.

Suatu saat nanti, mungkin beberapa tahun lagi aku akan membahagiakan mereka. Entah bagaimana caranya. Mulai detik ini aku berjanji aku akan berusaha untuk membuat mereka bahagia. Panjangkan umur mereka, Ya Allaah SWT. Aku berjanji. 30 Oktober 2014 pukul 4.20.
Created By Sora Templates