Senin, 29 Februari 2016

Ahok dan Yusril, Bersatulah!






Jakarta itu bagaikan Saphira Tatjana di antara geng Aagaban. Paling molek dan diperebutkan. Tak jarang ada konflik untuk menguasai seutuhnya. Siapa yang ingin menguasainya harus mengerti benar seluk-beluk dan tata cara kehidupannya. Kalau tidak, doi tidak akan bertahan lama, paling yaaa dua tahun saja, setelah itu pindah ke Dian Sastro yang lebih berpengalaman dari Tatjana. Setidaknya, begitulah yang bisa digambarkan dari Jakarta, ibukota Republik Indonesia.

Akhir-akhir ini ramai sekali berita tentang Jakarta, sebenarnya bukan akhir-akhir ini, sih. Hampir sepanjang hari, sepanjang minggu, hingga sepanjang tahun isi berita di Indonesia bersettting Jakarta. Jakartacentris. Tapi, tidak apalah, yang penting wong ngapak mesti bangga nganggo ngapak. Ya ora?
Tahun 2017 nanti, Jakarta akan menggelar pilkada memilih gubernur barunya, setelah ditinggal dari gubernur aslinya 2014 lalu ke Istana, kemudian digantikan oleh Ahok sang wakilnya. Biarpun masih berjuta-juta detik lagi pilkada itu digelar, permainan politik sudah dimulai dari sekarang. Calon yang mencuat pun bikin pengin makan Chitato rasa Mi Goreng. Sebut saja ada Ahmad Dhani, Eko Patrio, Dessy Ratnasari, Ridwan Kamil, Adhyaksa Dault, Tri Rismaharini, Yusril Ihza Mahendra, bahkan Ahok sendiri bakal nyalon lagi di pilkada Jakarta 2017.

Tapi, daku tidak akan membahas enam nama pertama karena sesuatu; hempas datang lagi, hempas datang lagi. Daku akan membahas Yusril Ihza Mahendra dan Basuki Tjahaja Purnama. Dua nama populer di Indonesia ini digadang-gadang akan bertarung memperebutkan “Tatjana”. Ada yang bangga berkabar ke media kalau dia sudah dapat pinangan dari beberapa partai, ada juga yang ingin mengambil jalur independen. Yuk, bahas, yuk! 

Pertama. Yusril Ihza Mahendra. Beliau kelahiran Manggar, Belitung Timur, 5 Februari 1956. Kita kasih ucapan ulang tahun dulu ke Pak Yusril. Selamat ulang tahun ke 60 tahun, Prof! Profesor Hukum kenamaan Indonesia ini belakangan tengah aktif membela kapal asing yang diduga maling ikan di perairan Indonesia. Karena hal ini, ia sempat terlibat cek-cok di dunia maya dengan Bu Susi sang Menteri Kelautan dan Perikanan. Oya, bagaimana kabarnya berita ini sekarang?
Perjalanan politik Yusril sudah tidak diragukan lagi. Pernah menjabat ketua OSIS pada SMP dan SMA. Pernah menjabat menteri sekretaris negara satu kali. Menteri Hukum dan HAM dua kali. Ia merupakan ketua umum Partai bulan Bintang hingga tahun 2005. Istrinya juga cantik sekali. Eh.

Kedua. Basuki Tjahaja Purnama a.k.a Ahok. Daku tidak mengerti awal mula dia dipilih jadi wakilnya Bapak Presiden Joko dulu waktu nyalon gubernur Jakarta tahun 2012, tapi yang pasti dia tidak bisa bahasa ngapak. Tidak nyambung ya biarkan saja, tho. Ahok dilahirkan di Gantung, Belitung Timur, tanggal 29 Juni 1966. Masa kecilnya dihabiskan di Gantung dan sekitar tahun 1980-an melanjutkan SMA di Jakarta. Pernah menjabat jadi anggota DPRD Kabupaten Belitung, anggota DPR RI dari Partai Gerindra, dan mantan Bupati Belitung Timur. Saat menjabat bupati Belitung Timur, ia membuat terobosan yang sangat berguna, yakni pendidikan dan kesehatan GRATIS bagi seluruh penduduk Belitung Timur. Sekarang ia menjabat sebagai Gubernur Jakarta, jadi kalau dia nyalon gubernur lagi ya statusnya incumbent.

Dua paragraf di atas cukup menggambarkan keduanya dalam persaingan menuju #Jakarta1 nanti. Tapi menurut hemat daku, Ahok dan Yusril harus bersatu menjadi satu pasang calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta. Kenapa? Setidaknya ada tiga kesamaan yang ditemukan dari kedua tokoh ini. Sekarang kita bahas kesamaan keduanya, yuk!

Pertama, keduanya sama-sama dilahirkan di Belitung Timur, tempat syuting film fenomenal Laskar Pelangi. Hal ini akan mungkin membuat keduanya merasa sungkan untuk mengalahkan satu sama lain. Jadi, menjadi pasangan adalah jalan tengahnya. Kedua, sama-sama memiliki istri yang cantik. Bu Tan istri Ahok dan Bu Kato istri Yusril.  Coba bayangkan, betapa bangganya rakyat Jakarta memiliki ibu provinsi yang cantik-cantik. Pasti nurut deh kalau disuruh jangan bawa mobil pribadi kalau ngantor. Ketiga, sama-sama ingin berjuang untuk kepentingan rakyat Jakarta. Ya sudah pak, kalau mau berjuang untuk rakyat ya jadi yang kedua juga ndak papa, tho. Semuanya pasti bisa dikomunikasikan, kok. Ya, itupun kalau memang tulus dan ikhlas berjuang untuk rakyat, sih, pak.
Sebenarnya masih banyak sih kesamaan Ahok dan Yusril ini kalau ditelisik lebih jauh. Tapi daku sudah malas untuk menulisnya. Teman-teman bisa cari sendiri di google, kan? Iyalah pasti. Pesan daku cuma satu pak, lebih baik jadi yang kedua tapi diutamakan, daripada jadi yang utama tapi diduakan.
Created By Sora Templates