Senin, 27 Januari 2014

Teguran di Siang Bolong

Seakan tersedak durian disiang bolong ketika usai membaca The Journey chapter Raditya Dika dan di halaman terakhir. Disana Raditya Dika bercerita bahwa ia seringkali ditelepon oleh ibunya, bahkan bisa setiap satu jam sekali. Lalu dia me-silent teleponnya supaya tidak terganggu oleh ‘kicauan’ ibunya. Suatu ketika, temannya bercerita bahwa ibunya telah tiada dan dia sangat ingin menelepon ibunya itu. Raditya Dika pun terhenyak mendengar itu. Dia merasa bersalah sekali kenapa dia tidak mengangkat telepon ibunya.Padahal jarak Dika dan ibunya hanyalah sejauh satu kali pencetan telepon. sedangkan jarak teman dan ibunya tersebut sudah sangat jauh, bahkan berbeda alam.

 dari cerita Dika itu aku bisa mengambil pelajaran bahwa jangan sia-siakan apapun yang menyangkut ibumu. semakin kamu tumbuh besar, kamu ingin disebut mandiri oleh orang dengan cara tidak lagi berhubungan dengan ibumu ataupun bapakmu? salah besar, kawan. semakin tua umur kita maka kita seharusnya semakin mendekatkan diri dengan orang tua kita. karena kita tidak akan pernah tahu kapan mereka akan dipanggil oleh Allaah SWT. Waktu tidak akan pernah memberitahumu kapan itu akan terjadi.

setelah membaca Chapter Raditya Dika itu aku langsung menelepon Umakku yang di Belitung. ah terasa bahagia sekali bisa mendengar suaranya. Bahagia sekali ketika kita ingin mendengar suaranya, kita langsung bisa meneleponnya hanya sekedar untuk menanyakan sedang apa dia. Sungguh, aku sayang umak!!! ({}) :*

0 komentar:

Posting Komentar

Created By Sora Templates