Minggu, 26 Agustus 2012

Andrea Hirata Seman Said Harun


Jum’at, 24 Agustus 2012. Itu adalah hari paling paling paling bersejarah untukku, setidaknya sampai 16 aku hidup. Di hari itu aku serasa menginjakkan kaki di tanah surga dan melayang-layang terbang di angkasa raya leluasa seleluasa burung di udara. Aku di mabuk kepayang olehnya. Aku tak bisa berkata-kata. Mulutku terkunci oleh suatu zat racun yang seketika melenyapkan kepandaian mulutku berbicara. Tubuhku menggelinjang seperti orang terkena serangan jantung. Hari itu sangat membuatku senyum sepaaaaanjang malam bahkan sampai saat ini. Ya, sampai saat ini kawan!! Bukan main sihirnya!!
Dia membuatku senyum-senyum sendiri saat ku teringat ketika aku pertama kali melihatnya. Aku senyum-senyum sendiri ketika mengingat gaya dia bicara. Aku senyum-senyum sendiri ketika mengingat dia tertawa, berjalan, bahkan cara duduknya aku sangat mengingatnya. Ya, walaupun hanya beberapa jam saja aku bersamanya, aku bisa merasakan atmosfir keberadaannya di ingatanku sepanjang hari, bahkan mungkin sepanjang masa. Sungguh dia sangat membuatku gila!!
Dia adalah seorang penulis yang tak mau disebut penulis. Dia adalah seorang sastrawan yang tak mau disebut sastrawan. Dia adalah sosok yang sangat sederhana. Sosok yang sangat bersahaja. Sosok yang banyak di sukai orang. Sosok yang sangaaaaaaaatt penuh dengan misteri. Dia juga adalah seorang pemimpi yang tegar. Dia adalah orang yang penuh dengan ide cemerlang. Dia adalah orang yang punya segaaaaaalanya. Kepintaran, kecerdasan, kebersahajaan, kebersamaan, keramah-tamahan, segalanya dia punya!! Oh iya! Dia juga punya kekuatan sihir yang mampu menyihirku dan banyak orang dengan bahasa sastranya.

Dia mampu menyihir banyak orang untuk menyukai sastra. Untuk mencintai sastra. Ketika dimana orang-orang didera kemalasan untuk membaca –bahkan untuk menyentuh- sebuah karya sastra, dia malah membuat sebuah karya sastra yang sangaaaaaatt mengagumkan!! Sangat menakjubkan!! Karya sastranya mampu mengubah paradigma kebanyakan orang yang membenci sastra, bahkan mencampakkan sastra! Dia sangat jago bermain-main dengan sastra. Sastra pula yang telah mengantarkan dirinya menjadi seorang yang saaaaaaangat indah. Indah dilihat oleh mata, maupun dirasakan dengan hati.
Tak ada yang mampu menggoyahkan jiwa sastra yang melapuk dalam sanubarinya. Sastra dan hidupnya bak botol dengan tutupnya. Bak air laut dan garam. Bak pulpen dengan tintanya. Bak rokok dengan tembakaunya. Bak api dengan asapnya. Sangat melekat dalam sanubarinya. Dia mampu menyusun sastra menjadi seuntai kalimat yang mampu menggerakkan hati banyak orang untuk merubah sebuah kebiasaan hidup yang bahkan dengan beberapa gertakan katapun tak mampu mengubahnya kecuali membaca seuntai kalimat yang disusun olehnya.
Banyak yang telah merasakan kehebatan susunan kalimat yang disusun oleh si otak cerdas, oleh sosok yang hebat seperti dia. Banyak kekhilafan yang diperbuat oleh orang-orang yang ‘bengkok’ tapi setelah membaca susunan demi susunan kalimat yang disusun oleh si otak cemerlang mampu mengubah hidup orang tersebut. Sangat menakjubkan efeknya kawan! Mampu mengubah seorang gagal menjadi seorang yang sukses. Hanya bisa dilakukan oleh daya sihir keindahan sastra dan juga penyampaian hebatnya dalam sastra. Keindahan kata-kata sastranya memiliki efek sangat mematikan!!!
Dan hari itu aku bisa mendapatkan dan merasakan semuuuuuuaaa energi positif yang dipunyainya. Ia sangat ramah, sangat sopan, sangat beretika, sangat menjaga adat melayu Belitong, dan sangat sangat yang lainnya. Dan disini akan kuceritakan sedikit pengalamanku bisa berbincang dengan sosok yang saaaaaaaangat ku gemari dari kelas 1 SMP ini.
Hari itu pukul 15.00 aku berkunjung ke Galeri Laskar Pelangi bersama sahabatku, Ridho Fourty Maulana Babelian dan pacarnya, Ellen. Kami bertiga menempuh perjalanan sekitar setengah jam dari Manggar menuju Gantung. Gantung adalah tempat dimana dia menghabiskan masa kecilnya yang penuh dengan suka cita. Penuh dengan tawa canda. Penuh dengan riang gembira. Namun penuh juga dengan kesedihan. Ketika aku sampai ke Galeri, aku tak menemui seoranpun disana sampai ada seorang pria paruh baya mendekatiku “nak ketemu siape jang?”. Aku dengan sangat senang dan telah membayangkan jika aku bertemu dengannya aku akan seperti melayang di angkasa. “nak ketemu kan Pak Cik Andrea ade ke pak?”. Lalu serasa seluruh gunung menimpaku. Seluruh samudera menenggelamkanku. Seluruh binatang buas menerkamku. Dan seluruh bangunan runtuh didalam hatiku. “ooo dakde belau ke tanjong tadik uda jum’atan tek pegie”.
Lalu aku mencoba mengobati perasaanku dengan makan. Iyaaaa makaaaann. Makan mie ayam 2 mangkok langsung habis!! Setelah kenyang, aku dan sahabatku tadi berputar-putar di Desa Gantong. Desa masa kecilnya. Aku mencoba untuk menjadi dia saat dia kecil dulu. Ketika dia jatuh cinta dengan A Ling dan duduk berdua di depan vihara. Ketika dia mengaji di Masjid Al-Hikmah yang penuh dengan ketenangan. Ketika dia belajar bersama Bu muslimah di SD Muhammadyah Gantong. Semuanya aku rasakan dengan sangat indah. Membawaku terbang pada satu keadaan dimana aku menjadi dia.
Selesai bereuforia, aku pergi lagi ke Galeri Laskar Pelangi. Dan aku tak menemukan juga sosok itu. Seketika aku lemas. Dan dengan berat hati aku pulang dengan harapan yang tak terpenuhi. Sampai di Manggar aku mandi, sholat, dll. Dan aku, seperti biasa mengecek grup Laskar Andreanis di facebook. Dan seketika itu pula aku serasa membeku, mengeras, tak bergerak ketika membaca suatu postingan yang memberitahukan bahwa malam ini Pak Cik akan berkunjung ke Galeri!! Perasaanku seperti lapang, sangat lapang seperti dihancurkannya sebongkah batu besar diatas batu kecil.
Malam pun sampai. Aku ke Galeri bersama dengan Bapakku (Pak Kuatno), kakakku (Lora Lorinda) dan temanku dari Purwokerto (Esa Fathurrahman). Sampai di Galeri perasaanku sangat tidak karuan. Pernahkah kalian merasakan ini semua kawan? Jawab kawan!! Malam itu aku merasakan bahwa mimpiku selama ini untuk bisa bertemu langsung dengannya menjadi kenyataan!! Penantianku selama ini berakhir saaaaangat manis. Dan ketika aku bertemu dia aku tak bisa mengontrol emosiku untuk berteriak. Sangat gembira kawan!! Sosok yang selama ini aku idolakan hadir di depan kedua bola mataku kurang dari semeter jaraknya. *pingsan*
“ooo pasti ini dia pasti iniiiiii!” kata pertama yang terlontar ketia Ia melihatku. Hatiku berdebar kawan! Sangat berdebar! Aku langsung meraih tangannya untuk bersalaman dan aku dipeluknya kawan! Haaahhhh sungguh keadaan yang sangat membuat jantungku berdetak lebih kencang! Aku diajaknya berkeliling di Galeri itu. Dia bercerita banyak tentang lukisan dan foto yang ada di Galeri itu. Sampai pada suatu ruangan yang bergaya Neo-Colonialism yang masih sangat alami. Disana ada sebuah ruangan yang menjadi tempat menulis dia ketika mengerjakan Dwilogi Padang Bulan dan Sebelas Patriot. Ruangan itu terlihat sangat sederhana. Tidak ada tumpukan buku sastrawan-sastrawan dunia, tidak ada laptop-laptop seperti kebanyakan penulis, tidak ada yang istimewa diruangan tersebut. Kemudian kami beranjak ke sebuah ruangan dimana akan didedikasikan untuk semua sastrawan dunia yang akhir hidupnya bersusah payah. Disana juga terdapat deorama yang berjudul “Good and Evil” yang berarti “kebaikan dan kejahatan”. Lalu kami bercerita-cerita santai tentang segalanya.
Ada kabar baik untuk kalian para Andreanis. Novel Laskar Pelangi yang menghebohkan itu akan diterbitkan di Hongaria, Eropa Timur kawan! Itu artinya penulis Indonesia pertama yang mampu menembus Eropa Timur adalah dia! Ya!! Dia kawan!! Patutlah kita berbangga hati menyambut kabar gembira itu kawan! Pak Cik juga bercerita tentang Novel Ayah kawan. begitu banyak Andreanis seluruh dunia bertanya kapankah diterbitkan novel itu. dan semalam pak cik menjawabnya. Novel itu sudah selesai ditulis, diedit, dan tinggal dicetak saja. tetapi, karena banyak sekali urusan pak cik terkait dengan penerjemahan novel Laskar Pelangi kedalam 30-an bahasa, membuat pak cik menjadi sangat sibuk. dalam sehari pak cik bisa menerima telepon dari editor masing-masing buku Laskar Pelangi versi internasional. belum lagi untuk memenuhi undangan-undangan sebagai pembicara di sebuah festival, roadshow Laskar Pelangi Song Book,dll. pak cik ingin menunggu waktu yang tepat untuk penerbitan Ayah. Novel Ayah ini juga dipersembahkan untuk kita, Laskar Andreanis seluruh dunia! sabarlah kawan, penantian ini akan indah pada waktunya.
Malam itu berjalan beeeeeegiiiiiittuuuu cepat. Sebenarnya aku tidak mau malam itu berlalu. Tetapi malam semakin larut dan Pak Cik pun ingin istirahat. Sebelum berpamitan pulang dengan Pak Cik, aku dan temanku diberi kenang-kenangan berupa kaos ‘berbau’ Laskar Pelangi. Kata beliau ini adalah pesan Mbak Meda Kawu. Mbak Meda titip pesan dengan Pak Cik supaya mengasihkan kaos itu satu-satu dengan temanku yang dari Purwokerto itu. Aku sangat berterima kasih Mbak Meda! Dan kepada Pak Cik, aku saaaaangaaatttt berterima kasih karena membuat Jumat malam itu menjadi sangat berkesan. Dan aku tidak lupa bersyukur kepada Allaah SWT yang telah memeluk mimpiku untuk bertemu dengan idolaku sendiri.
Pesanku untuk semua pemimpi yang ada di dunia. Teruslah bermimpi!!! Biarkan Allaah SWT memeluk mimpi-mimpimu. Dan walaupun mimpimu belum tercapai, tetaplah menunggu dan menanti, karena pada suatu saat mimpimu itu akan terwujud. Tuhan tahu, tapi menunggu, kawan! Salam Andreanis!





SALAM PEMIMPI SELALU...!!

2 komentar:

Created By Sora Templates