Sabtu, 27 Agustus 2016

Sulit Dibuat, Tapis Lampung Mendunia



MASIH ingat dengan pakaian tradisional yang dipakai kontingen Indonesia dalam parade pembukaan Olimpiade di Rio De Jeneiro, Brazil kemarin? Walaupun pakaian ini sempat dikritik di dalam negeri sendiri, namun pakaian ini mampu menyedot perhatian masyarakat dunia karena keelokan dan keanggunannya. Berbagai situs mode dunia bahkan memasukkan pakaian kontingen Indonesia tersebut dalam sepuluh pakaian terbaik parade pembukaan Olimpiade tahun 2016! Ya, salah satu pakaian tradisional Indonesia yang menyedot perhatian dunia tersebut adalah Tapis!
Tapis merupakan sebuah kerajinan berupa kain tenun bercorak benang emas yang berasal dari Lampung. Awal mulanya, Tapis Lampung hanya dibuat khusus untuk dipakai sebagai pakaian wanita saja. Namun, karena perkembangan jaman yang semakin modern, Tapis Lampung bisa juga digunakan sebagai pakaian untuk pria. Tapis mulai menjadi pakaian tradisional di Lampung pada abad ke-7, seperti yang diungkapkan oleh Azhari Kadir, salah satu pengurus Dewan Kerajinan Nasional Daerah Lampung dan juga salah satu pemerhati budaya Lampung. Namun, untuk bukti tertulisnya, kain tenun Tapis mulai dikenal pada tahun 893 M. Saat itu, kata Azhari, rakyat Lampung memberikan cinderamata berupa kain tenun Tapis kepada Raja Belitung sehingga Raja Belitung mencatatkannya di sebuah prasasti.
“Prasasti itu masih bisa dilihat sampai sekarang dan tersimpan di Belitung,” kata Azhari ketika ditemui KRjogja.com di Pameran Tenun dan Batik Khas Nusantara TEBAKIN, Sabtu (27/8/2016) di gedung Wanitatama Mandala Krida Yogyakarta.
Motif Tapis Lampung banyak dipengaruhi oleh budaya Hindu dan Budha yang menyebabkan banyaknya motif-motif stupa maupun flora dan fauna di kain tenunnya itu. Kemudian, ketika Islam masuk ke Indonesia, Tapis Lampung juga ikut terpengaruh. Buktinya adalah dengan banyaknya Tapis Lampung bermotif masjid dan seringkali dijadikan media untuk seni berkaligrafi.
Dulu, Tapis Lampung hanya dipakai oleh Raja dan orang-orang terdekat raja. Tidak sembarangan orang yang bisa memakai Tapis Lampung. Bahkan, kata Azhari, motif Tapis Lampung ikut mempengaruhi kasta seseorang pada masa dulu kala. Motif Tapis Lampung yang dipakai Raja pasti berbeda dengan pemangku adat atau orang-orang terdekat raja lainnya. Karena dulu Tapis Lampung ini diibaratkan sebagai pakaian keagungan dan pakaian kebesaran untuk beribadah kepada Tuhan. Namun, sekarang kasta itu sudah samar-samar karena proses adaptasi kepada jaman yang semakin maju.
“Untuk motif-motif tertentu tidak dijual bebas. Hanya ada ketika ada yang memesannya, tidak dijual untuk umum,” terang Azhari.
Karena kemajuan jaman dan akulturasi budaya, Tapis Lampung tidak lagi dipakai sebagai pakaian untuk beribadah kepada Tuhan. Sekarang Tapis Lampung sudah bisa dipakai untuk pergi ke pesta pernikahan, ke acara budaya, ke pawai, dan sampai dipakai untuk acara pembukaan Olimpiade Rio di Brazil. “Kami sangat bangga karena dari sekian banyaknya kain tradisional Indonesia, Tapis Lampung dipilih sebagai salah satu pakaian di sana,” ungkap Azhari.
Azhari menambahkan, ada satu momen di mana Tapis tidak boleh digunakan pada jaman sekarang ini, yakni dalam acara upacara kematian seseorang.
Azhari sendiri sudah mempromosikan Tapis Lampung sebagai kekayaan kain tradisional tenun Indonesia sejak tahun 1984 di Eropa. Saat itu, ia sering mengikuti ajang pertukaran budaya dan dalam acara itulah ia ikut mempromosikan Tapis Lampung. Menurutnya, orang Eropa sangat terkagum-kagum dengan keindahan Tapis Lampung. Mereka banyak yang penasaran bagaimana cara membuatnya, hingga cara untuk memeliharanya.
“Bahkan mereka ingin ke Indonesia khusus untuk mengetahui cara membuat Tapis Lampung,” ujar Azhari gembira.
Kenapa Tapis Lampung sangat digemari orang Eropa? Menurut Azhari, Tapis Lampung itu spesial karena ia dibuat dengan cara ditenun dulu, baru diberi motif dengan benang emas kemudian. Namun sayang, benang emasnya merupakan produk impor yang berasal dari India. Waktu pengerjaannya pun memakan waktu sangat lama yaitu sekitar dua bulan. Karena itulah, satu kain tenun Tapi Lampung untuk sepasang baju dihargai sampai dengan belasan juta rupiah. (MG-06)
*Berita ini telah diterbitkan di krjogja.com. Baca di sini.

0 komentar:

Posting Komentar

Created By Sora Templates