Rabu, 15 April 2015

Tantangan Menjadi Redaktur Pelaksana Nuansa Kabar di LPPM NUANSA UMY


Malam ini, Rabu, 15 April 2015 pukul 7.30 pm di Bu Saring rapat pertama redaksi dengan pengurus mudanya, yang kemarin baru dilantik dari anak magang. Jadi, kalau dijumlah, redaksi lama dengan redaksi baru berjumlah 21 orang. Tapi angka 21 ini tidak akan bertahan lama, karena sisa satu bulan lagi untuk angkatan 2012 menjadi bagian dari redaksi. Kalau angkatan 2012 sudah demisioner, jumlah anggota redaksi menyusut menjadi 15 orang saja.

Aku jadi teringat tentang bagaimana dulu awal aku masuk jadi redaksi. Setelah dibagi divisi, aku dan teman-teman redaksi lainnya ngumpul bersama Pimpinan Redaksinya, Om Nashwan. Kira-kira waktu itu hanya berenam saja dengan pimrednya. Nah, pas disitu kami langsung ditodong disuruh pilih mau jadi redaktur pelaksana mana. Ada Nuansa Majalah, Nuansa Kabar, Nuansa Online, dan Nuansa Qolbu. Akhirnya aku memilih Nuansa Kabar. Alasanku waktu itu karena, satu, Nuansa Kabar terbitnya bulanan yang bisa dipastikan banyak waktu luang untuk mengaturnya. Dua, aku merasa keren karena namaku pasti terpampang setiap bulan di Nuansa Kabar sebagai Redaktur Pelaksana.

Tapi, setelah sampai pada Nuansa Kabar edisi April 2015 yang mana ini edisi terakhir, aku merasa bahwa alasan-alasanku diatas tidak terpenuhi. Pertama, soal Nuansa Kabar yang terbitnya bulanan. Aku mengira pasti nanti akan banyak waktu luang. Ternyata tidak, kawan. Dalam prosesnya, banyak sekali hambatan-hambatan yang harus dilalui, dari proses penentuan tema sampai pada sirkulasinya, yang itu memakan waktu yang lumayan menguras pikiran. Dari reporter yang malas-malasan, berita yang kurang data, narasumber yang sulit ditemui, menemukan angle berita baru yang berbeda dari sebelumnya yang sudah ditentukan, editor yang masih salah-salah, belum lagi kalau layouternya main-main.

Kedua, aku merasa keren namaku terpampang di Nuansa Kabar setiap bulan sebagai Redaktur Pelaksana. Tidak, kawan. Malah aku malu, ketika berita yang dimuat dalam Nuansa Kabar belum baik dan belum memenuhi kriteria. Pernah pada edisi Januari 2015, ada sebuah tulisan yang sama sekali belum diedit. Edisi itu menurutku yang paling buruk karena menunjukkan betapa cerobohnya aku sebagai redaktur pelaksana meloloskan dan tidak mengecek ulang saat mau dicetak.

Kendala lain yang aku hadapi ketika menjadi Redaktur Pelaksana Nuansa Kabar adalah menegaskan kepada reporter supaya menepati deadline. Jujur, itu sangat sulit. Deadline tulisan di Nuansa Kabar adalah tanggal 26 setiap bulannya. Dari tanggal 27-29 itu editing, tanggal 30-3 layouting, dan tanggal 10 sudah sirkulasi ke seluruh penjuru kampus. Target itu hanyalah wacana hingga sekarang. Belum pernah sekalipun edisi yang terbit dan sirkulasi pada tanggal 10. Paling cepat itu tanggal 16 saat edisi Januari 2015. Paling parah adalah saat bulan Desember 2015. Terbit tanggal 23 Desember. Mepet dengan libur panjang.

Tapi, alhamdulillaah, akhirnya Nuansa Kabar periode 2014/2015 terpenuhi sebanyak empat edisi. Ya, memang sebelumnya seharusnya Nuansa Kabar jalan sampai bulan Mei 2015, tetapi karena kendala teknis, edisi Mei 2015 harus ditiadakan. Aku berpesan pada redaktur selanjutnya, tingkatkan ketegasan untuk para reporter supaya tepat waktu dalam penyelesaian tulisan, juga ruang lingkup pemberitaannya jangan hanya tajam didalam kampus saja, tapi juga harus sebanding dengan diluar kampus. Aku percaya, kepengurusan tahun 2015/2016 pasti akan lebih maksimal dalam menggarap Nuansa kabar ataupun produk Nuansa lainnya.

2 komentar:

  1. sangat berkesan sekali kakak :D moga jadi pimred terbaek (y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. nyiahahahah iya nih Bet...
      alhamdulillaah aamiinn bet doakan terus yaaaa :)

      Hapus

Created By Sora Templates