Mari Berubah Untuk Bumi yang Lestari!
Lingkungan menjadi salah satu isu global kontemporer yang mulai banyak dibicarakan oleh orang-orang, kecil-besar, pria-wanita, kakek-nenek; semua orang. Bagaimana tidak, tempat kita hidup ini telah banyak dinodai oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Mulai dari menebangi pohon secara ilegal yang menyebabkan hutan-hutan menjadi gundul, limbah-limbah pabrik yang mengalir ke arah pemukiman warga menyebabkan air tercemar, adanya polusi udara dan suara yang makin banyak terjadi bukan hanya di daerah perkotaan saja, tetapi juga telah merambah ke pedesaan-pedesaan, sampai kepada hal-hal kecil, yakni buang sampah sembarangan.
Pemerintah telah mengeluarkan UU No. 41 tahun 1999
tentang Kehutanan yang didalamnya berisi sanksi yang harus ditanggung pelaku jika
melakukan penebangan pohon secara ilegal. Sanksi itu diatur dalam pasal 78
angka (1) sampai dengan angka (13). Pemerintah juga telah mengeluarkan
peraturan tentang hukuman bagi pembuang sampah sembarangan. Ya, walaupun hanya
sebatas di kawasan Jabodetabek. Seperti yang tertera pada Peraturan Daerah
DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013 tentang Kebersihan yang mengharuskan warga
membayar denda 150.000 dan peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang
Ketertiban Umum yang mengharuskan pedagang kaki lima yang membuang sampah
sembarangan membayar denda 100.000.
Kita sebagai pemuda Indonesia yang dimasa depan akan
memimpin negara ini seharusnya sadar akan pentingnya menjaga lingkungan.
Menjaga lingkungan tidak hanya sebatas membuang sampah pada tempatnya, tetapi
juga menyadarkan orang-orang sekitar kita bagaimana cara membuang sampah yang
tepat, tidak hanya benar. Menurut saya, kalimat 'Buanglah sampah pada tempatnya'
itu harus segera diubah dalam pergaulan sehari-hari dalam masyarakat kita.
Karena kata tempatnya itu bisa ditafsirkan bermacam-macam. Jika orang
yang acuh tak acuh, kata tempatnya bisa diartikan dimana saja, termasuk
tempat umum. Jika orang yang acuh mungkin akan menganggap tempatnya itu ya di
tempat sampah. Sebaiknya kalimat itu diganti dengan 'Buanglah sampah di tempat
sampah'.
Terkait dengan menyadarkan orang-orang sekitar kita
tentang lingkungan memang lumayan sulit. Karena orang-orang Indonesia sudah
sangat mengakar budaya membuang sampah sembarangan. Kesalahan yang
terus-menerus dilakukan sehingga dianggap benar oleh khalayak. Diperlukan waktu
yang lama untuk bisa mengubah kebiasaan ini. Selain membuang sampah, hal kecil
yang akan membuat bumi menjadi lebih 'dingin' ialah mengurangi penggunaan
sedotan, botol plastik, dan benda-benda sekali pakai yang terbuat dari plastik.
Memang ini adalah hal kecil, tetapi jika hal kecil itu kita lakukan
bersama-sama, percayalah akan membawa dampak besar bagi ketahanan bumi kita
ini.
Kita memang tidak akan mungkin menghilangkan plastik
dari kehidupan kita, tetapi setidaknya bisa mengurangi penggunaannya. Seperti
yang diceritakan oleh teman saya yang juga menjabat sebagai ketua salah satu
organisasi berbasis lingkungan di Yogyakarta. Kita analogikan orang gemuk yang
ingin menurunkan berat badan itu sebagai kita yang ingin diet plastik. Dia
tidak mungkin menghilangkan nasi atau karbohidrat sama sekali dalam menu
makanannya, tetapi dia akan berusaha untuk mengurangi kuantitasnya ke dalam
tubuhnya. Begitu juga dengan kita. Tidak mungkin kita bisa lepas dari yang
namanya plastik. Tapi, bukan tidak mungkin kita bisa mengurangi pemakaiannya
dengan membawa tas sendiri misalnya.
Banyak cara yang bisa kita lakukan guna menyelamatkan
Bumi kita ini, misalnya membawa tas sendiri jika ingin berbelanja, membawa
botol air minum atau tumbler, memanfaatkan kertas bekas, dan masih
banyak yang lainnya. Saat ini juga banyak bermunculan organisasi-organisasi
yang berbasis lingkungan. Contohnya adalah Koalisi Pemuda Hijau Indonesia
(KOPHI), World Wildlife Fund, Earth Hour, Greenpeace, dan masih banyak yang
lainnya. Dasarnya tujuan mereka sama : bagaimana caranya supaya bumi ini
lestari, hijau, dan berseri lagi seperti dahulu kala, dan ingin menjamin bahwa
dimasa depan anak dan cucu kita masih bisa merasakan sejuk dan segarnya udara
dimana ia hidup. Dengan munculnya berbagai organisasi tersebut, diharapkan
mampu untuk menggerakkan massa yang lebih banyak supaya lingkungan kita terjaga
dan jauh dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab.
Tetapi, dengan bergabung ke organisasi-organisasi itu
belum serta merta menjadikan kita orang yang paling peduli terhadap lingkungan.
Bahkan, ada yang ikut organisasi lingkungan, tapi hal itu hanya untuk
gaya-gayaan khas anak muda jaman sekarang. Seperti kata teman satu organisasi saya, bahwa gaya hiduplah yang menentukan kita bisa dikatakan peduli atau tidak
dengan lingkungan.
Mari berubah untuk bumi yang lestari! Jangan malu
untuk mengatakan tidak saat ditawari menggunakan plastik oleh pelayan supermarket. Jangan malu untuk langsung
minum dari gelas tanpa sedotan. Jangan iba mengambil sampah yang ada didekatmu
lalu buanglah di tempat sampah terdekat. Jika kita bersatu, niscaya bumi kita
akan segar kembali.
plastik emang sulit buat digantikan. tapi mengurangi porsinya bukanlah sesuatu yang sulit...
BalasHapusbeberapa hari lalu kan baru hari bumi, jadi.. save earth! :)