Tampilkan postingan dengan label Kedaulatan Rakyat. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kedaulatan Rakyat. Tampilkan semua postingan

Jumat, 04 November 2016

PINASTHIKA CREATIVESTIVAL XVII : Tahun Depan Dunia Kreatif Indonesia Akan Lebih Maju


SLEMAN (KRjogja.com) - Banyaknya anak-anak muda kreatif di Indonesia akan membuat dunia kreatif di Indonesia makin maju. Hal ini didukung dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu mengasah kreativitas anak muda Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh Creative Director Hybrid:H, Pancaputera dalam workshop creative Pinasthika Creativestival XVII 2016 di Mal Hartono lantai tiga pada Jumat, (4/11/2016). Ia melanjutkan, hal itu karena makin luasnya media kreatif periklanan sekarang.
"Dulu kita hanya mengenal TV, radio, koran, dan media klasik lainnya sebagai media kreatif. Namun, sekarang kita bisa melihat dari sisi lain. Seperti munculnya aplikasi GO-jek yang sangat membantu itu menjadi salah satu media kreatif saat ini," kata Panca saat ditemui KRjogja.com seusai acara.
Munculnya ratusan start-up akhir-akhir ini juga akan turut memajukan dunia kreatif Indonesia. Namun menurut Panca, tingkat menghargai ide kreatif di indonesia masih rendah. "Masyarakat pada umumnya masih menilai sesuatu dari hasil eksekusinya, bukan dari proses kreatifnya," kata Panca. (Mg-06)
*Berita ini telah diterbitkan di krjogja.com. Baca di sini.

Kamis, 03 November 2016

PINASTHIKA CREATIVESTIVAL XVII : Creative Movement Gallery Dibuka, Sekarang Eranya Kolaborasi



SLEMAN (KRjogja.com) - Di era sekarang ini, untuk menumbuhkan produktifitas yang tinggi diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak. Hal ini disampaikan oleh Chief Happines Officer Pinasthika Creativestival XVII 2016, Affi Khresna dalam pembukaan Creative Movement Gallery yang diselenggarakan di Mal Hartono lantai tiga pada Kamis, (3/11/2016).

Sejak empat tahun terakhir, lanjut Affi, Pinasthika berusaha untuk membangun ekosistem ekonomi kreatif di Indonesia. Untuk membangun ekosistem ekonomi kreatif tersebut harus didukung oleh semua pihak, tidak bisa sendiri-sendiri sehingga nanti hasilnya bisa dinikmati bersama tidak hanya segelintir orang saja.

"Tahun ini kita menampilkan banyak produk makanan lokal yang tidak kalah dari produk impor. Bahkan ada yang berkolaborasi dan menghasilkan produk kreatif baru yang unik. Itulah pentingnya kolaborasi," jelasAffi.
Pinasthika Creativestival XVII yang tahun 2016 mengusung tema #AwakeON ini tidak hanya menampilkan produk karya kreatif, tetapi juga menghadirkan 10 komunitas kreatif yang bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi, seperti Kampung Dolanan, Frog House, dan Komunitas Jamu.

Pinasthika XVII ini juga memecahkan rekor dengan partisipasi peserta kompetisi sebanyak 931 karya iklan dan desain grafis. Pinasthika Craetivestival XVII akan berlangsung hingga Sabtu, (6/11/2016) yang ditutup dengan acara awarding night untuk insan kreatif Indonesia. (MG-06)

Minggu, 23 Oktober 2016

Tarian 1000 Pendulang Timah Tutup Festival Negeri Laskar Pelangi



BELITUNG (KRjogja.com) - 1000 anak akan melakukan Tari Kolosal Pendulang Timah dalam puncak acara Festival Negeri Laskar Pelangi (FNLP) 2016. FNLP 2016 ini dilaksanakan di Tanjung Pandan, Belitung sejak Jumat, (21/10/2016) dan akan ditutup pada Minggu, (23/10/2016). 
Dalam acara puncak FNLP 2016 akan dihadiri oleh Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pejabat daerah, tokoh masyarakat, dan juga para yachter yang sedang singgah ke Belitung dalam rangka Sail Karimata Indonesia 2016.
Ketua pelaksana FNLP 2016, Kusumah Kosasih mengatakan Tari Kolosal 1000 Pendulang Timah ini awalnya tercipta dari ide penulis novel Laskar Pelangi, Andrea Hirata. Tarian ini ingin menggambarkan kehidupan masyarakat Belitung jaman dulu yang masih menambang timah sebagai pekerjaan utama mereka yang mana banyak anak usia sekolah yang menambang timah dan tidak meneruskan pendidikannya.
“Para penari yang notabene adalah anak sekolahan akan dilumuri oleh warna-warni sebagai visualisasi penambang timah tradisional di Belitung. Tarian ini juga sebagai pengingat bagi generasi muda Belitung bahwa tambang timah sudah masuk usia senja dan peluang kerja di sektor pariwisata sedang terbuka lebar,” kata Kusumah.
Menurut Kusumah, acara ini bertujuan untuk menarik lebih banyak wisatawan untuk berkunjung ke Belitung. Efek dari film Laskar Pelangi masih sangat kental dirasakan oleh masyarakat Belitung. “Karena film Laskar Pelangi Belitung menjadi ramai. Namun, kami takut jika wisatawan hanya disuguhkan alam saja mereka akan cepat bosan di Belitung. Maka dari itu, supaya wisatawan tidak bosan kami adakan festival ini,” terang Kusumah. (MG-06)
*Berita ini telah diterbitkan di krjogja.com. Baca di sini.

Rabu, 12 Oktober 2016

Kampung Jawa Segera Hadir di Bantul


BANTUL (KRjogja.com) - Kampung Jawa akan segera hadir di Yogyakarta, tepatnya di Dusun Dlingo II, Desa Dlingo, Bantul. Kampung Jawa ini mengusung konsep edukasi sebagai penarik wisatawan untuk berkunjung. Di Kampung Jawa, wisatawan akan disuguhkan suasana asli Jawa dan juga bisa belajar bagaimana budaya, kesenian, dan tata krama Jawa.
"Sebenarnya konsep ini berawal dari keprihatinan kami kepada budaya dan kesenian Jawa yang semakin redup di masyarakat," kata Bahrun Wardoyo, Kepala Desa Dlingo, Bantul pada Rabu, (12/10/2016) saat acara KKN Expo.
Bahrun melanjutkan, konsep ini sudah disebarluaskan kepada masyarakat di Desa Dlingo, khususnya di Dusun Dlingo II. "Salah satu wujud nyata konsep tersebut adalah membuat nama di setiap rumah dan jalan menggunakan aksara Jawa dengan kayu yang diukir," lanjut Bahrun.
Suasana KKN Expo di Dlingo
Dengan potensi kesenian seperti Jathilan, Gejog Lesung, dan Bregodo yang masih aktif, Dusun Dlingo II diharapkan mampu memberikan pengalaman yang mengasyikkan bersama keluarga ketika berkunjung ke Kampung Jawa.
"Selain kesenian, di sini juga masih banyak warga yang melaksanakan budaya leluhur yang hampir punah, seperti Kenduri Merti Dusun, Gumbregan, dan Selapanan," pungkas Bahrun. (MG-06)

Sabtu, 27 Agustus 2016

Sulit Dibuat, Tapis Lampung Mendunia



MASIH ingat dengan pakaian tradisional yang dipakai kontingen Indonesia dalam parade pembukaan Olimpiade di Rio De Jeneiro, Brazil kemarin? Walaupun pakaian ini sempat dikritik di dalam negeri sendiri, namun pakaian ini mampu menyedot perhatian masyarakat dunia karena keelokan dan keanggunannya. Berbagai situs mode dunia bahkan memasukkan pakaian kontingen Indonesia tersebut dalam sepuluh pakaian terbaik parade pembukaan Olimpiade tahun 2016! Ya, salah satu pakaian tradisional Indonesia yang menyedot perhatian dunia tersebut adalah Tapis!
Tapis merupakan sebuah kerajinan berupa kain tenun bercorak benang emas yang berasal dari Lampung. Awal mulanya, Tapis Lampung hanya dibuat khusus untuk dipakai sebagai pakaian wanita saja. Namun, karena perkembangan jaman yang semakin modern, Tapis Lampung bisa juga digunakan sebagai pakaian untuk pria. Tapis mulai menjadi pakaian tradisional di Lampung pada abad ke-7, seperti yang diungkapkan oleh Azhari Kadir, salah satu pengurus Dewan Kerajinan Nasional Daerah Lampung dan juga salah satu pemerhati budaya Lampung. Namun, untuk bukti tertulisnya, kain tenun Tapis mulai dikenal pada tahun 893 M. Saat itu, kata Azhari, rakyat Lampung memberikan cinderamata berupa kain tenun Tapis kepada Raja Belitung sehingga Raja Belitung mencatatkannya di sebuah prasasti.
“Prasasti itu masih bisa dilihat sampai sekarang dan tersimpan di Belitung,” kata Azhari ketika ditemui KRjogja.com di Pameran Tenun dan Batik Khas Nusantara TEBAKIN, Sabtu (27/8/2016) di gedung Wanitatama Mandala Krida Yogyakarta.
Motif Tapis Lampung banyak dipengaruhi oleh budaya Hindu dan Budha yang menyebabkan banyaknya motif-motif stupa maupun flora dan fauna di kain tenunnya itu. Kemudian, ketika Islam masuk ke Indonesia, Tapis Lampung juga ikut terpengaruh. Buktinya adalah dengan banyaknya Tapis Lampung bermotif masjid dan seringkali dijadikan media untuk seni berkaligrafi.
Dulu, Tapis Lampung hanya dipakai oleh Raja dan orang-orang terdekat raja. Tidak sembarangan orang yang bisa memakai Tapis Lampung. Bahkan, kata Azhari, motif Tapis Lampung ikut mempengaruhi kasta seseorang pada masa dulu kala. Motif Tapis Lampung yang dipakai Raja pasti berbeda dengan pemangku adat atau orang-orang terdekat raja lainnya. Karena dulu Tapis Lampung ini diibaratkan sebagai pakaian keagungan dan pakaian kebesaran untuk beribadah kepada Tuhan. Namun, sekarang kasta itu sudah samar-samar karena proses adaptasi kepada jaman yang semakin maju.
“Untuk motif-motif tertentu tidak dijual bebas. Hanya ada ketika ada yang memesannya, tidak dijual untuk umum,” terang Azhari.
Karena kemajuan jaman dan akulturasi budaya, Tapis Lampung tidak lagi dipakai sebagai pakaian untuk beribadah kepada Tuhan. Sekarang Tapis Lampung sudah bisa dipakai untuk pergi ke pesta pernikahan, ke acara budaya, ke pawai, dan sampai dipakai untuk acara pembukaan Olimpiade Rio di Brazil. “Kami sangat bangga karena dari sekian banyaknya kain tradisional Indonesia, Tapis Lampung dipilih sebagai salah satu pakaian di sana,” ungkap Azhari.
Azhari menambahkan, ada satu momen di mana Tapis tidak boleh digunakan pada jaman sekarang ini, yakni dalam acara upacara kematian seseorang.
Azhari sendiri sudah mempromosikan Tapis Lampung sebagai kekayaan kain tradisional tenun Indonesia sejak tahun 1984 di Eropa. Saat itu, ia sering mengikuti ajang pertukaran budaya dan dalam acara itulah ia ikut mempromosikan Tapis Lampung. Menurutnya, orang Eropa sangat terkagum-kagum dengan keindahan Tapis Lampung. Mereka banyak yang penasaran bagaimana cara membuatnya, hingga cara untuk memeliharanya.
“Bahkan mereka ingin ke Indonesia khusus untuk mengetahui cara membuat Tapis Lampung,” ujar Azhari gembira.
Kenapa Tapis Lampung sangat digemari orang Eropa? Menurut Azhari, Tapis Lampung itu spesial karena ia dibuat dengan cara ditenun dulu, baru diberi motif dengan benang emas kemudian. Namun sayang, benang emasnya merupakan produk impor yang berasal dari India. Waktu pengerjaannya pun memakan waktu sangat lama yaitu sekitar dua bulan. Karena itulah, satu kain tenun Tapi Lampung untuk sepasang baju dihargai sampai dengan belasan juta rupiah. (MG-06)
*Berita ini telah diterbitkan di krjogja.com. Baca di sini.

Kamis, 25 Agustus 2016

8 Damkar Dikerahkan Padamkan Api di Gudang Jok Mobil





YOGYA (KRjogja.com- Setidaknya 8 unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan api yang melalap gudang jok mobil milik PT Wayang Toedjo Satoe, Taman Tirto Kasihan Bantul, Kamis (25/08/2016). Api yang mulai terlihat sekitar pukul  22.05 WIB mulai bisa dilokalisir agar tidak menjalar ke bangunan di sekitarnya.
"Tadi saya sedang di belakang terus lihat asap, sekitar jam 22.00 WIB," kata Bonijo (55) penjaga malam di gudang tersebut. Hal senada juga diungkapkan oleh Umar Alfaruq (25) rekan kerja Bonijo. Menurut keduanya gudang tersebut tempat untuk menyimpan jok baru dan alat-alat las.
Adanya 8 damkar yang dikerahkan dari wilayah Bantul dan Kota Yogyakarta membuat api tidak menjalar kemana-mana, termasuk ke tempat pencucian mobil yang berada di samping gudang. Kerugian sendiri ditaksir sedikitnya Rp 300 juta yang terdiri alat las yang jumlahnya 4 dengan nilai masing-masing Rp 9 juta, serta jok komplit yang berjumlah 4 pak dengan masing-masing diperkirakan harganya Rp 50 juta. (Bryan Bimantoro)
*Berita ini telah diterbitkan di krjogja.com. Baca di sini.

STOP PRESS : Kebakaran di Gudang Jok Mobil PT Wayang Toedjoe Satoe


YOGYA (KRjogja.com) - Sebuah gudang jok mobil di Jalan Lingkar Selatan terbakar, Kamis (25/08/2016). Kebakaran diperkirakan mulai terjadi pukul 22.05 WIB.
"Saya tadi lewat di jalur cepat, kemudian melihat ada asap di gudang tersebut," kata Imam (35) saksi mata kepada KRjogja.com. 

Imam yang rumahnya tak jauh dari lokasi kejadian selanjutnya dengan beberapa saksi lain menyelamatkan mobil yang ada di tempat cuci mobil yang bersebelahan dengan gudang yang terbakar.

Dari pantauan KRjogja.com gudang yang terbakar milik PT Wayang Toedjo Satoe membesar karena banyaknya bahan karet yang mudah terbakar. Mobil pemadam kebakaran sendiri mulai berdatangan ke lokasi. Setidaknya ada 8 mobil damkar yang mencoba memadamkan api. (Bryan Bimantoro)

*Berita ini telah diterbitkan di krjogja.com. Baca di sini.







Jumat, 05 Agustus 2016

STAND UP COMEDY WORLD TOUR : Pandji Jadi 'Juru Bicara' di Yogyakarta


YOGYA (KRjogja.com) - Hak Asasi Manusia (HAM) dan Berkarya menjadi tema unggulan yang akan dibawakan Pandji Pragiwaksono dalam Stand Up Comedy World Tour Yogyakarta. Acara yang mengusung tema 'Juru Bicara' ini akan diadakan di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma pada Sabtu (6/8/2016). Tidak hanya HAM dan Berkarya saja, Pandji juga akan membawakan materi toleransi, radikalisme, LGBT, HAM, Berkarya, sampai ke isu lingkungan pada world tournya kali ini.
Pandji menuturkan  'HAM dan Berkarya' menjadi sebuah kekuatan bagi Yogyakarta. "Kita lihat Yogyakarta sangat banyak pemuda yang berkarya kreatif dan inovatif. Karya-karyanya tidak sedikit yang sudah mendunia," papar Pandji dalam konferensi pers yang diadakan di sebuah kafe di kawasan Seturan pada Jumat (5/8/2016).  
Yogyakarta merupakan kota ke-10 dari Stand Up Comedy World Tour Pandji Pragiwaksono. Tour ini merupakan tour Stand Up pertama di Indonesia yang bisa tour di lima benua. Sebelum Yogyakarta, Pandji dan timnya manggung di Pretoria, Afrika Selatan. "Tour di Pretoria merupakan tour paling mengesankan daripada tujuh kota lainnya. Karena kami manggung di sana bertepatan dengan lebaran dan panggungnya outdoor. Stand up dengan panggung outdoor merupakan sebuah tantangan baru bagi kami," kata Pandji sambil tertawa.
Terkait dengan dipilihnya Yogyakarta sebagai kota tour, Pandji mengatakan Yogyakarta adalah kota magis. "Pertama saya hanya ingin satu regional satu kota saja. Namun, saya dapat laporan orang Jakarta ke Yogyakarta, orang Malang ke Yogyakarta buat nonton ini padahal ada kota Surabaya juga. Kota ini magis sekaligus juga kota penting bagi Indonesia," kata Pandji.
"Banyak sekali key opinion leader di kota ini, banyak sekali pemuda-pemuda berbakat, hingga hacker tingkat tinggi juga berasal dari kota ini," seloroh Pandji. Dalam Stand Up Comedy World Tour 'Juru Bicara' kali ini, Pandji diantaranya didukung oleh Lenovo. (Bryan Bimantoro)
*Berita ini telah diterbitkan di krjogja.com. Baca di sini.

Minggu, 31 Juli 2016

Piala KR sebagai Ajang Unjuk Bakat Sepak Bola Usia Dini

WATES (KRjogja.com) - Festival Sepak Bola Usia Dini Piala KR I-2016 digelar di Alun-alun Wates, Kulon Progo, DIY sejak Jumat hingga Minggu, (29-31/7/2016). 21 tim kelompok U-12 dan 18 tim kelompok U-10 memperebutkan juara pada festival sepak bola yang pertama kali digelar oleh Kedaulatan Rakyat Group ini. 
Festival ini adalah salah satu upaya Kedaulatan Rakyat dalam berkontribusi untuk kemajuan sepak bola di Yogyakarta khususnya dan Indonesia umumnya. "Biasanya kan hanya untuk yang senior saja, di sini KR ingin menunjukkan bahwa pemain-pemain usia dini juga bisa unjuk bakat. Lewat festival ini juga bisa menjadi ajang edukasi bagi pemain yang tidak pernah berkompetisi menjadi punya pengalaman berkompetisi dan bermain sportif," ujar ketua panitia pelaksana Festival Sepak Bola Piala KR I-2016, Musahada.
Lanjut Musahada, dipilihnya Alun-alun Wates Kulon Progo sebagai tempat diselenggarakannya karena lapangan di sini yang paling representatif. "Lapangan di sini bisa dibagi empat dan Pemerintah daerah Kulon Progo juga mendukung penuh acara ini. Lingkungan dan masyarakat sekitar juga sangat mendukung adanya acara ini," kata Musahada.
Yati (49), salah satu orang tua yang anaknya bermain di Festival ini, acara ini sangat baik untuk unjuk diri pemain. "Semoga acara ini bisa berlanjut dan rutin setiap tahunnya," kata Yati. Hal senada juga diungkapkan oleh pelatih SSB Gama Jogja, Liliek Sumarmo, ia menyambut baik adanya festival ini. "Semoga bisa diluaskan tidak hanya DIY Jateng, tapi juga bisa diadakan di tingkat nasional," kata Liliek. (Bryan Bimantoro)
*Berita ini telah diterbitkan di krjogja.com. Baca di sini.

SSB Gama Jogja Perkasa di Piala KR


WATES (KRjogja.com) - SSB Gama Jogja menang tipis 1-0 atas R2 Solo pada pertandingan final di Festival Sepak Bola Usia Dini KU 12 Piala KR I-2016 di Alun-alun Wates, Kulon Progo, Minggu, (31/7/2016). Babak pertama banyak diwarnai peluang-peluang yang bisa diatasi oleh kedua penjaga gawang sebelum akhirnya gol tercipta pada menit ke 14 oleh Hafiz.
Di babak kedua, SSB Gama Jogja dan R2 Solo bermain saling menyerang. Banyak terjadi peluang-peluang yang bisa ditangkal oleh masing-masing penjaga gawang. Hingga akhir babak kedua, R2 Solo tidak bisa menyamai skor.
Dengan prestasi ini, SSB Gama berhak mendapatkan piala dan uang tunai pembinaan sebesar Rp 5.000.000. Adapun juara ketiga berhasil direbut oleh SSB Wajar Magelang.
Sedangkan untuk KU 10, juara pertama, kedua, dan ketiga berturut-turut ditempati oleh SSB Rantai Baja Purwodadi, SSB Mas Jogja, dan SSB Baturetno. Untuk top score KU 10 diraih oleh Muhammad Nadio dari SSB Baturetno sedangkan KU 12 diraih oleh Reza Aditya dari R2 Solo. (Bryan Bimantoro)
*Berita ini telah diterbitkan di krjogja.com. Baca di sini.

Sabtu, 30 Juli 2016

Piala KR : Gama Menang Telak 5-1 Atas Persopi


WATES (KRjogja.com) - Gama menang telak 5-1 atas Persopi di pertandingan dalam Festival Sepak Bola Usia Dini Piala KR I-2016 pada Sabtu (30/7/2016), di Alun-alun Wates Kulon Progo. Gama sejak babak pertama tampil menyerang pertahanan Persopi. Pada babak pertama ini Gama menyerang dan berhasil menciptakan peluang sehingga menghasilkan tiga gol tanpa perlawanan.
Memasuki babak kedua, Persopi mencoba membobol gawang lawan. Beberapa kali menciptakan peluang dan hasilnya pada menit 25 Persopi membobol gawang lawan hasil tendangan Ardi. Sampai akhir pertandingan, Gama masih memimpin dengan skor 5-1.
Pelatih Gama, Liliek Sumarmo mengatakan tidak ada strategi khusus dalam memenangi pertandingan ini. Ia juga tidak ada menargetkan menang atau kalah dalam setiap pertandingan.
"Tidak ada formasi striker atau sayap atau yang lain. Saya hanya menekankan pada disiplin posisi. Untuk anak seumur mereka main bola dengan senang saja," jelas Liliek. Pada pertandingan hari sebelumnya, Gama terus mengantongi poin penuh pada empat pertandingan. (Bryan Bimantoro)
*Berita ini telah diterbitkan di krjogja.com. Baca di sini.

Selasa, 26 Juli 2016

Gelar Budaya Jogja Sebagai Wadah Perenungan Eksistensi Kebudayaan


YOGYA (KRjogja.com) - Gelar Budaya Jogja kembali digelar pada tahun 2016 ini. Pergelaran ini dibuka langsung oleh Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Selasa (26/7/2016) malam di Kraton Yogyakarta. Pergelaran tahun ini mengangkat tema pelestarian Catur Sagatra Mataram. Gelar Budaya Jogja 2016 ini diadakan sebagai bentuk pengembangan nilai-nilai luhur guna membentuk jati diri bangsa.
"Pentas budaya ini menjadi semacam oase di tengah serbuan tontonan-tontonan sinetron di televisi yang kurang mendidik dan mendalam," kata Kepala Dinas Kebudayan DIY Umar Priyono dalam sambutannya.
Sri Sultan Hamengku Buwono X sangat mengapresiasi diadakannya kegiatan ini. Namun, ia juga menyayangkan intelektual masa kini yang tak lagi meminati budayanya sendiri.
"Jika dulu para pujangga menciptakan pitutur luhur dan wewarah agung yang dikemas dalam berbagai media seperti tembang, seni tari, busana, dan lagu budaya namun karya tersebut tak lagi diminati oleh pujangga masa kini yakni para intelektual," kata Sultan dalam sambutannya membuka Gelar Budaya Jogja 2016.
Sultan berharap dengan adanya kegiatan ini masyarakat bisa memahami harkat, martabat, dan eksistensi manusia dalam khasanah kebudayaan. Ia juga berharap acara ini bisa membangun rasa memiliki kepada para intelektual muda terhadap budaya Yogyakarta.
Gelar Budaya Jogja 2016 akan menampilkan kebudayaan dari empat istana, yakni Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kadipaten Pura Mangkunegaran Surakarta, dan Kadipaten Pura Pakualaman Ngayogyakarta.
Gelar Budaya Jogja 2016 akan ditutup pada Rabu, (27/7/2016) dengan penampilan wayang kulit semalam suntuk dengan dalang Ki Suharno dan mengambil cerita Tri Pama Kawedhar. (Bryan Bimantoro)
*Berita ini telah diterbitkan di krjogja.com. Baca di sini.

Aminudin, Berjuang Hidup dari Potong Rambut



DI BAWAH pohon beringin sebelah barat Alun-alun Utara Kraton Yogyakarta, Aminudin membuka lapak potong rambut dengan peralatan sederhana. Pekerjaan ini sudah ia lakoni sejak tahun 2002. Hujan, panas, angin, hingga gusuran sering ia alami dalam bekerja. Semuanya ia lakukan demi menghidupi istri dan anak-anaknya.
Pria kelahiran tahun 1968 ini mempunyai satu istri dan dua anak. Anaknya yang pertama tengah duduk di kelas XII SMA dan yang kedua duduk di kelas VII SMP. Ia berjuang tiap hari membuka lapak potong rambut dari pukul 08.30 WIB hingga 14.30 WIB demi menghidupi mereka. Khusus hari Sabtu ia tutup pukul 11.30 WIB karena harus menjemput anaknya sekolah. Sedangkan hari Minggu, ia liburkan karena  ingin menghabiskan waktu bersama keluarganya.
Sebelum melakoni pekerjaan ini, sebelumnya ia bekerja serabutan sebagai tukang cangkul, pembersih got, hingga tukang bangunan. Selanjutnya ia berpikir, apakah ia akan kuat melakoni pekerjaan tersebut hingga tua nanti? Pekerjaan itu, lanjut Aminudin, membutuhkan tenaga dan fisik yang kuat. Sedangkan manusia dibatasi dengan umur yang tidak selalu muda dan kekuatan fisiknya pasti menurun.
“Nanti tenaga sudah berkurang, umur sudah menua, tetapi masih ada yang harus dihidupi? Manusia kan tidak selamanya muda, pasti akan menjadi tua. Jadi, saya pilih pekerjaan yang bisa saya lakoni sampai tua nanti. Hitung-hitung sambil tunggu giliran, Mas,” cerita Aminudin sambil tertawa.
Selama 14 tahun bekerja, ia pernah tidak mendapatkan konsumen hingga tujuh hari. Hal ini membuatnya hampir putus asa dan ingin menutup mata pencarian keluarganya ini. Tapi ia percaya bahwa yang Maha Esa tidak tidur dan rejeki sudah ada yang mengatur. Ia terus berusaha dengan membuka lapaknya tiap hari dan terus berdoa pada-Nya.
“Ga mungkin tho, Mas, rambut orang pendek terus pasti akan panjang,” canda Aminudin sambil memotong rambut konsumennya. Ia percaya dengan terus berjuang dan mencari ‘nama’ pasti akan ada konsumen. “Kalau sudah ada ‘nama’ enak tho, Mas. Istilahnya konsumen yang mencari kita, bukan kita yang mencari konsumen,” terang Aminudin.
Menurut pria yang biasa dipanggil Udin ini pendapatannya tidak bisa ditentukan. Menurutnya, pendapatannya sangat bergantung dengan kondisi cuaca. Ongkos setiap kepala Rp 7.000. Kalau cuaca sedang cerah ia bisa memotong rambut 10-15 kepala orang per harinya, kadang juga hanya lima kepala saja. Hari ini dengan cuaca tidak begitu bersahabat ia bisa memotong rambut untuk 14 kepala. (Bryan Bimantoro)
*Berita ini telah diterbitkan di krjogja.com. Baca di sini.
Created By Sora Templates