Digitalisasi Transportasi di Yogyakarta
sumber gambar di sini |
Kemajuan teknologi sudah tidak bisa dielakkan lagi di abad
21 ini. Hampir semua sendi-sendi kehidupan manusia modern dirasuki dengan
teknologi yang berkembang sangat cepat. Kota-kota besar di Indonesia, seperti
Jakarta dan Bandung mulai akrab dengan Gojek dan aplikasi transportasi online
lainnya, walaupun beberapa waktu lalu sempat dilarang keberadaannya oleh
pemerintah. Dengan Gojek, masyarakat bisa dengan mudah memesan layanan antar
jemput itu hanya dengan beberapa sentuhan.
Kemudahan-kemudahan itu juga mulai terlihat di Yogyakarta beberapa
waktu terakhir. Gojek mulai masuk ke Yogyakarta dan hal ini memudahkan
mahasiswa dan masyarakat umum yang haus dengan transportasi yang mudah, aman,
dan nyaman. Tidak hanya Gojek, beberapa waktu lalu, hadir juga aplikasi layanan
ojek asli buatan warga Yogyakarta, OjekJogja (BangJek) ciptaan siswa kelas 12
SMA Muhammadiyah 1 Prambanan. Walaupun pemasarannya belum sampai membuat
aplikasi berbasis android, tetapi ia memanfaatkan media sosial sebagai strategi
pemasaran ojeknya. Selain moda transportasi roda dua, moda transportasi roda
empat juga menyediakan hal serupa. Penyedia layanan taksi lokal di Yogyakarta
mulai meluaskan pasar mereka dengan membuat aplikasi pemesanan taksi berbasis
android. Sampai sekarang, sudah ada dua penyedia aplikasi layanan taksi di
Yogyakarta, sayTaxi dan Pantega.
Menurut salah satu supir sayTaxi yang tidak mau disebutkan
namanya, lonjakan konsumen sebelum dan setelah adanya aplikasi pemesanan online
sangat signifikan. “Sebelum ada aplikasi online hanya 10 konsumen dalam sehari,
setelah ada aplikasi bisa sampai 20 orang,” katanya. Menurutnya lagi, setelah
ada aplikasi pemesanan online, konsumen yang menggunakan jasanya juga lebih
banyak dari kalangan mahasiswa yang sebelumnya dari kalangan umum saja. “Adanya
aplikasi ini sangat memudahkan masyarakat di tengah transportasi umum di
Yogyakarta yang belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat,” cetusnya lagi.
Yogyakarta yang didiami oleh ratusan ribu mahasiswa dari
berbagai daerah di Indonesia memang sudah menyediakan transportasi umum, yaitu
Trans Jogja. Namun, Trans Jogja hanya memiliki rute di dalam kota saja dan
belum menjadi pilihan utama transportasi masyarakat Yogyakarta. Selain itu, Trans
Jogja juga dianggap belum nyaman oleh sebagian penggunanya disamping supirnya
juga kadang ugal-ugalan di jalanan. Keadaan fisiknya pun masih dianggap belum
layak untuk melayani masyarakat. Menurut Kepala Unit Pelaksana Tugas (UPT)
Trans Jogja, Agus Minang, sampai tahun 2015, hanya ada 74 armada bus Trans
Jogja yang melayani masyarakat di kota Yogyakarta dalam lima trayek. Namun,
jumlah ini akan ditambah hingga 165 bus pada tahun 2016 ini. (Harianjogja.com tanggal
15 Januari 2015).
Akibat keadaan seperti di atas, makin banyak masyarakat
Yogyakarta yang memilih untuk menggunakan transportasi yang menggunakan
aplikasi online. Lebih mudah, aman, dan nyaman daripada transportasi umum yang
disediakan di Yogyakarta. “Adanya aplikasi online ini malah membantu pemerintah
Kota Yogyakarta dalam menyelesaikan masalah kemacetan di Yogyakarta, daripada
harus memakai kendaraan pribadi yang malah menyebabkan polusi di Yogyakarta
tambah parah,” lanjut supir taksi sayTaxi.
Menurut penulis, lebih baik memperbaiki kondisi Trans Jogja
daripada harus mempercantik titik 0 km dengan batu-batu andesit yang urgensinya
tidak terlalu tinggi. Dengan memperbaiki kondisi Trans Jogja, masyarakat dan
wisatawan tidak akan berpikir dua kali jika ingin memakainya. Pemerintah dan
pihak pengelola Trans Jogja juga bisa kerjasama dengan developer untuk
mengembangkan Trans Jogja menjadi berbasis online seperti di Jakarta atau
Singapura, rute atau trayek diperbanyak, dan pelayanan ditingkatkan. Dengan
begitu, Jogja Istimewa akan mudah terwujud secara nyata.
..............................................................................................
Tulisan ini sudah dimuat di sini
0 komentar:
Posting Komentar