Andrea Hirata Seman Said Harun
Jum’at, 24 Agustus 2012. Itu
adalah hari paling paling paling bersejarah untukku, setidaknya sampai 16 aku
hidup. Di hari itu aku serasa menginjakkan kaki di tanah surga dan
melayang-layang terbang di angkasa raya leluasa seleluasa burung di udara. Aku
di mabuk kepayang olehnya. Aku tak bisa berkata-kata. Mulutku terkunci oleh
suatu zat racun yang seketika melenyapkan kepandaian mulutku berbicara. Tubuhku
menggelinjang seperti orang terkena serangan jantung. Hari itu sangat membuatku
senyum sepaaaaanjang malam bahkan sampai saat ini. Ya, sampai saat ini kawan!!
Bukan main sihirnya!!
Dia membuatku senyum-senyum
sendiri saat ku teringat ketika aku pertama kali melihatnya. Aku senyum-senyum
sendiri ketika mengingat gaya dia bicara. Aku senyum-senyum sendiri ketika
mengingat dia tertawa, berjalan, bahkan cara duduknya aku sangat mengingatnya.
Ya, walaupun hanya beberapa jam saja aku bersamanya, aku bisa merasakan
atmosfir keberadaannya di ingatanku sepanjang hari, bahkan mungkin sepanjang
masa. Sungguh dia sangat membuatku gila!!
Dia adalah seorang penulis yang
tak mau disebut penulis. Dia adalah seorang sastrawan yang tak mau disebut
sastrawan. Dia adalah sosok yang sangat sederhana. Sosok yang sangat bersahaja.
Sosok yang banyak di sukai orang. Sosok yang sangaaaaaaaatt penuh dengan
misteri. Dia juga adalah seorang pemimpi yang tegar. Dia adalah orang yang
penuh dengan ide cemerlang. Dia adalah orang yang punya segaaaaaalanya.
Kepintaran, kecerdasan, kebersahajaan, kebersamaan, keramah-tamahan, segalanya
dia punya!! Oh iya! Dia juga punya kekuatan sihir yang mampu menyihirku dan
banyak orang dengan bahasa sastranya.
Dia mampu menyihir banyak orang
untuk menyukai sastra. Untuk mencintai sastra. Ketika dimana orang-orang didera
kemalasan untuk membaca –bahkan untuk menyentuh- sebuah karya sastra, dia malah
membuat sebuah karya sastra yang sangaaaaaatt mengagumkan!! Sangat menakjubkan!!
Karya sastranya mampu mengubah paradigma kebanyakan orang yang membenci sastra,
bahkan mencampakkan sastra! Dia sangat jago bermain-main dengan sastra. Sastra
pula yang telah mengantarkan dirinya menjadi seorang yang saaaaaaangat indah.
Indah dilihat oleh mata, maupun dirasakan dengan hati.
Tak ada yang mampu menggoyahkan
jiwa sastra yang melapuk dalam sanubarinya. Sastra dan hidupnya bak botol
dengan tutupnya. Bak air laut dan garam. Bak pulpen dengan tintanya. Bak rokok
dengan tembakaunya. Bak api dengan asapnya. Sangat melekat dalam sanubarinya.
Dia mampu menyusun sastra menjadi seuntai kalimat yang mampu menggerakkan hati
banyak orang untuk merubah sebuah kebiasaan hidup yang bahkan dengan beberapa
gertakan katapun tak mampu mengubahnya kecuali membaca seuntai kalimat yang
disusun olehnya.
Banyak yang telah merasakan
kehebatan susunan kalimat yang disusun oleh si otak cerdas, oleh sosok yang
hebat seperti dia. Banyak kekhilafan yang diperbuat oleh orang-orang yang
‘bengkok’ tapi setelah membaca susunan demi susunan kalimat yang disusun oleh
si otak cemerlang mampu mengubah hidup orang tersebut. Sangat menakjubkan
efeknya kawan! Mampu mengubah seorang gagal menjadi seorang yang sukses. Hanya
bisa dilakukan oleh daya sihir keindahan sastra dan juga penyampaian hebatnya
dalam sastra. Keindahan kata-kata sastranya memiliki efek sangat mematikan!!!
Dan hari itu aku bisa mendapatkan
dan merasakan semuuuuuuaaa energi positif yang dipunyainya. Ia sangat ramah,
sangat sopan, sangat beretika, sangat menjaga adat melayu Belitong, dan sangat
sangat yang lainnya. Dan disini akan kuceritakan sedikit pengalamanku bisa
berbincang dengan sosok yang saaaaaaaangat ku gemari dari kelas 1 SMP ini.
Hari itu pukul 15.00 aku
berkunjung ke Galeri Laskar Pelangi bersama sahabatku, Ridho Fourty Maulana
Babelian dan pacarnya, Ellen. Kami bertiga menempuh perjalanan sekitar setengah
jam dari Manggar menuju Gantung. Gantung adalah tempat dimana dia menghabiskan
masa kecilnya yang penuh dengan suka cita. Penuh dengan tawa canda. Penuh
dengan riang gembira. Namun penuh juga dengan kesedihan. Ketika aku sampai ke
Galeri, aku tak menemui seoranpun disana sampai ada seorang pria paruh baya
mendekatiku “nak ketemu siape jang?”. Aku
dengan sangat senang dan telah membayangkan jika aku bertemu dengannya aku akan
seperti melayang di angkasa. “nak ketemu
kan Pak Cik Andrea ade ke pak?”. Lalu serasa seluruh gunung menimpaku. Seluruh
samudera menenggelamkanku. Seluruh binatang buas menerkamku. Dan seluruh
bangunan runtuh didalam hatiku. “ooo
dakde belau ke tanjong tadik uda jum’atan tek pegie”.
Lalu aku mencoba mengobati
perasaanku dengan makan. Iyaaaa makaaaann. Makan mie ayam 2 mangkok langsung
habis!! Setelah kenyang, aku dan sahabatku tadi berputar-putar di Desa Gantong.
Desa masa kecilnya. Aku mencoba untuk menjadi dia saat dia kecil dulu. Ketika
dia jatuh cinta dengan A Ling dan duduk berdua di depan vihara. Ketika dia mengaji
di Masjid Al-Hikmah yang penuh dengan ketenangan. Ketika dia belajar bersama Bu
muslimah di SD Muhammadyah Gantong. Semuanya aku rasakan dengan sangat indah.
Membawaku terbang pada satu keadaan dimana aku menjadi dia.
Selesai bereuforia, aku pergi
lagi ke Galeri Laskar Pelangi. Dan aku tak menemukan juga sosok itu. Seketika
aku lemas. Dan dengan berat hati aku pulang dengan harapan yang tak terpenuhi.
Sampai di Manggar aku mandi, sholat, dll. Dan aku, seperti biasa mengecek grup
Laskar Andreanis di facebook. Dan seketika itu pula aku serasa membeku,
mengeras, tak bergerak ketika membaca suatu postingan yang memberitahukan bahwa
malam ini Pak Cik akan berkunjung ke Galeri!! Perasaanku seperti lapang, sangat
lapang seperti dihancurkannya sebongkah batu besar diatas batu kecil.
Malam pun sampai. Aku ke Galeri
bersama dengan Bapakku (Pak Kuatno), kakakku (Lora Lorinda) dan temanku dari
Purwokerto (Esa Fathurrahman). Sampai di Galeri perasaanku sangat tidak karuan.
Pernahkah kalian merasakan ini semua kawan? Jawab kawan!! Malam itu aku
merasakan bahwa mimpiku selama ini untuk bisa bertemu langsung dengannya
menjadi kenyataan!! Penantianku selama ini berakhir saaaaangat manis. Dan
ketika aku bertemu dia aku tak bisa mengontrol emosiku untuk berteriak. Sangat
gembira kawan!! Sosok yang selama ini aku idolakan hadir di depan kedua bola
mataku kurang dari semeter jaraknya. *pingsan*
“ooo pasti ini dia pasti
iniiiiii!” kata pertama yang terlontar ketia Ia melihatku. Hatiku berdebar
kawan! Sangat berdebar! Aku langsung meraih tangannya untuk bersalaman dan aku
dipeluknya kawan! Haaahhhh sungguh keadaan yang sangat membuat jantungku
berdetak lebih kencang! Aku diajaknya berkeliling di Galeri itu. Dia bercerita
banyak tentang lukisan dan foto yang ada di Galeri itu. Sampai pada suatu
ruangan yang bergaya Neo-Colonialism yang masih sangat alami. Disana ada sebuah
ruangan yang menjadi tempat menulis dia ketika mengerjakan Dwilogi Padang Bulan
dan Sebelas Patriot. Ruangan itu terlihat sangat sederhana. Tidak ada tumpukan
buku sastrawan-sastrawan dunia, tidak ada laptop-laptop seperti kebanyakan
penulis, tidak ada yang istimewa diruangan tersebut. Kemudian kami beranjak ke
sebuah ruangan dimana akan didedikasikan untuk semua sastrawan dunia yang akhir
hidupnya bersusah payah. Disana juga terdapat deorama yang berjudul “Good and
Evil” yang berarti “kebaikan dan kejahatan”. Lalu kami bercerita-cerita santai
tentang segalanya.
Ada kabar baik untuk kalian para
Andreanis. Novel Laskar Pelangi yang menghebohkan itu akan diterbitkan di Hongaria,
Eropa Timur kawan! Itu artinya penulis Indonesia pertama yang mampu menembus
Eropa Timur adalah dia! Ya!! Dia kawan!! Patutlah kita berbangga hati menyambut
kabar gembira itu kawan! Pak Cik juga bercerita tentang Novel Ayah kawan. begitu banyak Andreanis seluruh dunia bertanya kapankah diterbitkan novel itu. dan semalam pak cik menjawabnya. Novel itu sudah selesai ditulis, diedit, dan tinggal dicetak saja. tetapi, karena banyak sekali urusan pak cik terkait dengan penerjemahan novel Laskar Pelangi kedalam 30-an bahasa, membuat pak cik menjadi sangat sibuk. dalam sehari pak cik bisa menerima telepon dari editor masing-masing buku Laskar Pelangi versi internasional. belum lagi untuk memenuhi undangan-undangan sebagai pembicara di sebuah festival, roadshow Laskar Pelangi Song Book,dll. pak cik ingin menunggu waktu yang tepat untuk penerbitan Ayah. Novel Ayah ini juga dipersembahkan untuk kita, Laskar Andreanis seluruh dunia! sabarlah kawan, penantian ini akan indah pada waktunya.
Malam itu berjalan
beeeeeegiiiiiittuuuu cepat. Sebenarnya aku tidak mau malam itu berlalu. Tetapi
malam semakin larut dan Pak Cik pun ingin istirahat. Sebelum berpamitan pulang
dengan Pak Cik, aku dan temanku diberi kenang-kenangan berupa kaos ‘berbau’
Laskar Pelangi. Kata beliau ini adalah pesan Mbak Meda Kawu. Mbak Meda titip
pesan dengan Pak Cik supaya mengasihkan kaos itu satu-satu dengan temanku yang
dari Purwokerto itu. Aku sangat berterima kasih Mbak Meda! Dan kepada Pak Cik,
aku saaaaangaaatttt berterima kasih karena membuat Jumat malam itu menjadi
sangat berkesan. Dan aku tidak lupa bersyukur kepada Allaah SWT yang telah
memeluk mimpiku untuk bertemu dengan idolaku sendiri.
Pesanku untuk semua pemimpi yang
ada di dunia. Teruslah bermimpi!!! Biarkan Allaah SWT memeluk mimpi-mimpimu.
Dan walaupun mimpimu belum tercapai, tetaplah menunggu dan menanti, karena pada
suatu saat mimpimu itu akan terwujud. Tuhan tahu, tapi menunggu, kawan! Salam Andreanis!
SALAM PEMIMPI SELALU...!!
like!!!!! sayangnya aku belum prnh ktmu pakcik :'(
BalasHapusOm, ajak aku ke belitong dong :'(
BalasHapus