Ahok dan Yusril, Bersatulah!
Jakarta itu bagaikan
Saphira Tatjana di antara geng Aagaban. Paling molek dan diperebutkan. Tak
jarang ada konflik untuk menguasai seutuhnya. Siapa yang ingin menguasainya
harus mengerti benar seluk-beluk dan tata cara kehidupannya. Kalau tidak, doi
tidak akan bertahan lama, paling yaaa dua tahun saja, setelah itu pindah ke
Dian Sastro yang lebih berpengalaman dari Tatjana. Setidaknya, begitulah yang
bisa digambarkan dari Jakarta, ibukota Republik Indonesia.
Akhir-akhir ini ramai
sekali berita tentang Jakarta, sebenarnya bukan akhir-akhir ini, sih. Hampir sepanjang hari, sepanjang
minggu, hingga sepanjang tahun isi berita di Indonesia bersettting Jakarta. Jakartacentris.
Tapi, tidak apalah, yang penting wong ngapak mesti bangga nganggo ngapak. Ya
ora?
Tahun 2017 nanti,
Jakarta akan menggelar pilkada memilih gubernur barunya, setelah ditinggal dari
gubernur aslinya 2014 lalu ke Istana, kemudian digantikan oleh Ahok sang
wakilnya. Biarpun masih berjuta-juta detik lagi pilkada itu digelar, permainan
politik sudah dimulai dari sekarang. Calon yang mencuat pun bikin pengin makan Chitato
rasa Mi Goreng. Sebut saja ada Ahmad Dhani, Eko Patrio, Dessy Ratnasari, Ridwan
Kamil, Adhyaksa Dault, Tri Rismaharini, Yusril Ihza Mahendra, bahkan Ahok
sendiri bakal nyalon lagi di pilkada Jakarta 2017.
Tapi, daku tidak akan
membahas enam nama pertama karena sesuatu; hempas
datang lagi, hempas datang lagi. Daku akan membahas Yusril Ihza Mahendra
dan Basuki Tjahaja Purnama. Dua nama populer di Indonesia ini digadang-gadang
akan bertarung memperebutkan “Tatjana”. Ada yang bangga berkabar ke media kalau
dia sudah dapat pinangan dari beberapa partai, ada juga yang ingin mengambil
jalur independen. Yuk, bahas, yuk!
Pertama. Yusril Ihza
Mahendra. Beliau kelahiran Manggar, Belitung Timur, 5 Februari 1956. Kita kasih
ucapan ulang tahun dulu ke Pak Yusril. Selamat ulang tahun ke 60 tahun, Prof! Profesor
Hukum kenamaan Indonesia ini belakangan tengah aktif membela kapal asing yang
diduga maling ikan di perairan Indonesia. Karena hal ini, ia sempat terlibat
cek-cok di dunia maya dengan Bu Susi sang Menteri Kelautan dan Perikanan. Oya,
bagaimana kabarnya berita ini sekarang?
Perjalanan politik
Yusril sudah tidak diragukan lagi. Pernah menjabat ketua OSIS pada SMP dan SMA.
Pernah menjabat menteri sekretaris negara satu kali. Menteri Hukum dan HAM dua kali.
Ia merupakan ketua umum Partai bulan Bintang hingga tahun 2005. Istrinya juga cantik
sekali. Eh.
Kedua. Basuki Tjahaja
Purnama a.k.a Ahok. Daku tidak mengerti awal mula dia dipilih jadi wakilnya
Bapak Presiden Joko dulu waktu nyalon gubernur Jakarta tahun 2012, tapi yang pasti
dia tidak bisa bahasa ngapak. Tidak nyambung ya biarkan saja, tho. Ahok dilahirkan di Gantung,
Belitung Timur, tanggal 29 Juni 1966. Masa kecilnya dihabiskan di Gantung dan
sekitar tahun 1980-an melanjutkan SMA di Jakarta. Pernah menjabat jadi anggota
DPRD Kabupaten Belitung, anggota DPR RI dari Partai Gerindra, dan mantan Bupati
Belitung Timur. Saat menjabat bupati Belitung Timur, ia membuat terobosan yang
sangat berguna, yakni pendidikan dan kesehatan GRATIS bagi seluruh penduduk
Belitung Timur. Sekarang ia menjabat sebagai Gubernur Jakarta, jadi kalau dia
nyalon gubernur lagi ya statusnya incumbent.
Dua paragraf di atas
cukup menggambarkan keduanya dalam persaingan menuju #Jakarta1 nanti. Tapi
menurut hemat daku, Ahok dan Yusril
harus bersatu menjadi satu pasang calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta.
Kenapa? Setidaknya ada tiga kesamaan yang ditemukan dari kedua tokoh ini. Sekarang
kita bahas kesamaan keduanya, yuk!
Pertama, keduanya
sama-sama dilahirkan di Belitung Timur, tempat syuting film fenomenal Laskar
Pelangi. Hal ini akan mungkin membuat
keduanya merasa sungkan untuk mengalahkan satu sama lain. Jadi, menjadi
pasangan adalah jalan tengahnya. Kedua, sama-sama memiliki istri yang cantik.
Bu Tan istri Ahok dan Bu Kato istri Yusril.
Coba bayangkan, betapa bangganya rakyat Jakarta memiliki ibu provinsi
yang cantik-cantik. Pasti nurut deh kalau disuruh jangan bawa mobil pribadi
kalau ngantor. Ketiga, sama-sama ingin berjuang untuk kepentingan rakyat
Jakarta. Ya sudah pak, kalau mau berjuang untuk rakyat ya jadi yang kedua juga
ndak papa, tho. Semuanya pasti bisa
dikomunikasikan, kok. Ya, itupun kalau memang tulus dan ikhlas berjuang untuk
rakyat, sih, pak.
Sebenarnya masih
banyak sih kesamaan Ahok dan Yusril ini kalau ditelisik lebih jauh. Tapi daku
sudah malas untuk menulisnya. Teman-teman bisa cari sendiri di google, kan? Iyalah pasti. Pesan daku
cuma satu pak, lebih baik jadi yang kedua tapi diutamakan, daripada jadi yang
utama tapi diduakan.
0 komentar:
Posting Komentar