Car Free Day : Yakinkah Bermanfaat?
(sumber gambar disini) |
Kegiatan ini mulai
menjamur diadakan di berbagai kota besar di Indonesia, seperti Surabaya,
Yogyakarta, dan ibukota Jakarta. Car Free Day sendiri pertama kali dilaksanakan
oleh Belanda pada hari Minggu, 25 November 1956. Di Indonesia, kegiatan ini
pertama kali dilaksanakan di Jakarta, tepatnya di jalan Iman Bonjol. Kegiatan
ini berhasil dilaksanakan setiap tahunnya, sampai pada tahun 2003, sebanyak
1500 di seluruh dunia melaksanakan Car Free Day secara serempak dan diikuti
oleh lebih dari 112 juta umat manusia.
Namun, melihat
perkembangan jaman dan perubahan pola hidup masyarakat sekarang ini, Car Free
Day masih banyak manfaatnya? Dari sisi
positif, Car Free Day memang bisa berkontribusi untuk sedikit mengurangi polusi
udara, itu pun hanya satu hari saja, bahkan itu juga tidak penuh selama 24 jam.
Car Free Day di Jakarta sekarang berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Perhubungan
Provinsi DKI Jakarta Nomor 380 Tahun 2012 tentang Penetapan Lokasi, Jadwal dan
Tata Cara Pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Provinsi DKI
Jakarta hanya menetapkan waktu Car Free Day berlangsung dari pukul 06.00-11.00
saja.
Car Free Day sekarang
ini juga bukan dijadikan sebagai ajang olahraga, namun dijadikan sebagai ajang
gaya-gayaan bagi anak muda. Belum lagi jika mereka membawa makanan dan minuman,
sampahnya pasti akan ditinggalkan oleh mereka di tempat mereka makan dan minum
itu. Selain itu, karena pelaksanaan Car Free Day berakhir pukul 12.00 siang,
maka penumpukan kendaraan di sekitar jalan tempat berlangsungnya Car Free Day
pun menjadi padat dan membuat kemacetan. Menurut carfreedayindonesia.org,
penumpukan kendaraan ini akan menyebabkan kenaikan emisi dan polusi secara
cepat dan signifikan. Hal ini akan mengakibatkan udara menjadi lebih berpolusi
dari hari-hari sebelumnya.
Tahun 2014 lalu, di
Surabaya juga dilaksanakan Car Free Day di daerah Taman Bungkul. Car Free Day
ini dilaksanakan oleh salah satu perusahaan es krim di Indonesia. Car Free Day
ini membuat Walikota Risma marah karena Taman Bungkul rusak diinjak-injak warga
saat berebut es krim gratis dari penyelenggara. Selain membuat kemacetan di
sekitar Taman Bungkul, tanaman dan pohon-pohon di Taman Bungkul juga rusak
akibat dari Car Free Day ini.
Sebenarnya, jika Car
Free Day benar-benar dilaksanakan sebagai salah satu cara manusia untuk
mengurangi polusi dan emisi di dunia ini, maka hasilnya akan sangat baik.
Namun, jika kegiatan ini diikuti dengan kelakuan yang tidak semestinya, lebih
baik Car Free Day tidak perlu dilaksanakan.
Masih banyak cara kita
untuk bisa membantu mengurangi polusi dan keberlanjutan lingkungan kita. Hal
mudah yang sehari-hari bisa kita lakukan adalah membawa tas belanja sendiri
ketika belanja bulanan ataupun harian, dengan begitu, kita sudah bisa mengurangi
penggunaan plastik yang sulit dicerna oleh bumi. Selain itu, meminimkan
penggunaan tissue dan sedotan juga bisa membuat bumi kita sehat. Memang,
hal-hal tersebut dirasa kecil dan mudah, tapi tidak semua orang bisa
melakukannya. Namun, ketika hal-hal kecil tersebut kita lakukan bersama-sama,
maka perubahan yang akan terjadi juga akan besar, bahkan bisa melebihi Car Free
Day yang hanya dilakukan pada hari Minggu dan beberapa jam saja. Mari galakkan
hidup sehat dan selamatkan lingkungan kita dari tangan-tangan yang tidak
bertanggung jawab! SALAM LESTARI!